Pada Era Gus Dur, Kiai Tak Cuek pada PBNU, karena Tak Alergi Kritik, Tak Gila Hormat
Editor: MMA
Rabu, 01 Juni 2022 09:03 WIB
Oleh: M Mas’ud Adnan - Saya masih ingat ketika Gus Dur jadi narasumber dalam sarasehan di sebuah hotel di Surabaya Jawa Timur. Tiba-tiba ada seorang kiai mengacungkan tangan. Ia kemudian berdiri dan bicara. Mengeritik Gus Dur. Keras sekali.
Tapi setelah berbicara panjang lebar kiai itu langsung keluar. Pergi. Turun dari tempat sarasehan. Acara sarasehan itu memang digelar di lantai 2. Sejak itu kiai yang bicara berapi-api itu tak nongol lagi.
BACA JUGA:
Peringati Hari Jadi Kabupaten Pasuruan, Barikade Gus Dur Gelar Karnaval Akbar
Ba'alawi dan Habib Luthfi Jangan Dijadikan Pengurus NU, Ini Alasan Prof Kiai Imam Ghazali
Tembakan Gus Yahya pada Cak Imin Mengenai Ruang Kosong
Mengingat Kembali Deklarasi Ciganjur, Pentingnya Menjaga Konstitusi dan Kedaulatan Rakyat
Jadi saat Gus Dur menjawab untuk menjelaskan apa yang dikritik, kiai itu sudah tak ada.
“Ya gini ini kiai NU. Berbicara menggebu dan mengeritik keras, tapi giliran dijawab malah pergi,” kata Gus Dur. Peserta sarasehan tertawa.
Ya, itulah salah satu pemandangan saat Gus Dur menjabat Ketua Umum PBNU. Selama tiga periode.
Banyak sekali kiai mengeritik dan mengontrol Gus Dur. Tak ada kiai yang cuek. Para kiai sangat kritis. Bahkan setiap ada pernyataan Gus Dur yang kontroversial, para kiai langsung bereaksi. Mereka riuh. Menyampaikan koreksi.
Padahal Gus Dur kondang sebagai ulama punya kharisma tinggi. Tokoh NU yang sangat disegani sekaligus dicintai. Bahkan warga NU menganggap Gus Dur waliyullah.
Tapi semua kiai kritis. Sekali lagi, tak cuek! Apalagi bilang sakkarepmu.
Mungkin karena merasa memiliki PBNU. Juga merasa memiliki Gus Dur.
Gus Dur – seperti kita pahami – adalah ulama alim allamah. Ilmu pengetahuan agamanya jauh di atas rata-rata para kiai dan ulama. Pemikirannya juga sangat brilian. Jenius. Bahkan melampau jamannya.
Gus Dur juga punya nasab keturunan sangat tinggi dan terhormat. Gus Dur adalah putra KH Abdul Wahid Hasyim, pahlawan nasional dan pendiri Republik Indonesia (RI). Kiai Abdul Wahid Hasyim adalah anggota Tim 9 Perumus Dasar Negara bersama Moch Hatta, AA Maramis, Soekarno, H Agus Salim, Muh Yamin, Ahmad Subardjo, Abdul Kahar Muzakkir, dan Abikusno Tjokrosujoso.
(M Mas'ud Adnan. Foto: bangsaonline.com)
Gus Dur juga cucu pendiri NU, Hadtarussyaikh KHM Hasyim Asy’ari. Hadratussyaikh adalah pahlawan nasional dan tokoh kemerdekaan RI. Pendiri Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur itu bahkan pernah ditangkap dan disiksa tentara Jepang.
Alhasil, back ground sosial, keilmuan dan ketokohan Gus Dur lengkap. Tapi Gus Dur tak gila hormat. Juga tak alergi kritik. Gus Dur justru sangat egaliter dan selalu tampil sederhana.
Sedemikian sederhananya sampai Gus Dur sering naik angkot ketika hadir ke acara seminar sebagai pembicara. Padahal saat itu Gus Dur sudah dikenal sebagai intelektual dan pemikir bereputasi nasional dan internasional.
Simak berita selengkapnya ...