Berikut Tugas Guru Penggerak di Sekolah
Editor: M. Aulia Rahman
Wartawan: Catur Andy Erlambang
Selasa, 30 April 2024 18:07 WIB
SIDOARJO, BANGSAONLINE.com - Para guru penggerak memiliki tugas utama sebagai inisiator pembelajaran dan komunitas belajar, mereka juga menjadi motor dalam membudayakan toleransi di sekolah masing-masing. Apalagi, guru penggerak merupakan kalangan guru yang potensial dan telah mendapatkan pembekalan tentang kepemimpinan pembelajaran, kolaborasi dengan orang tua dan komunitas, serta pengembangan visi sekolah.
Oleh karena itu, Komunitas Seni Budaya BrangWetan menggelar FGD bagi guru penggerak untuk pengembangan sekolah toleransi, Selasa (30/4/2024). Acara ini diikuti oleh 89 guru penggerak di seluruh Sidoarjo, dan dibuka oleh Kasi GTK Disdikbud Sidoarjo, M. Nuh.
BACA JUGA:
Unusida Jalin MoA dengan Universitas Thailand
Siaga Bencana, Umaha Sidoarjo Latih Dosen dan Karyawan Tangani Kebakaran
SMPN 1 Taman Sidoarjo Terima Kunjungan USAID
50 SMP di Sidoarjo Gaungkan Sekolah Toleransi
Ia mengatakan, selama ini sudah ada pelatihan guru penggerak angkatan 4, 7, 8, angkatan 9 yang sedang berproses. Dari kalangan guru penggerak tersebut ada sebanyak 13 guru yang diangkat menjadi Kepala Sekolah SMP, dan dua guru sebagai Kepala Sekolah SD.
“Bagi yang belum diangkat menjadi Kepala Sekolah masih ada peluang untuk menjadi Pengawas,” ujarnya.
Pertemuan ini merupakan yang kedua kalinya diselenggarakan oleh Komunitas BrangWetan. Yang pertama adalah bulan Februari yang lalu, diikuti oleh guru penggerak, atau yang mewakili, dari 50 sekolah yang menjadi sekolah penerima manfaat program Cinta Budaya Cinta Tanah Air (CBCTA). Sedangkan kali ini adalah semua guru penggerak yang ada di Sidoarjo, termasuk sekolah yang tidak menjadi sekolah penerima manfaat.
M. Amin Hasan dari UIN Sunan Ampel Surabaya, yang bertindak selaku fasilitator acara ini mengharapkan bagi guru penggerak di sekolah penerima manfaat dapat membagikan pengalaman apa saja yang sudah dilakukan. Juga bagaimana strategi untuk mengembangkannya sehingga menjadi dinamis dan tidak membosankan. Sedangkan yang belum menjadi Sekolah Toleransi dapat mengawali bagaimana merancang program Sekolah Toleransi.
Ditambahkan, program toleransi ini bukan sesuatu yang baru sama sekali, karena pasti beririsan dengan program-program lain. Misalnya saja, Sekolah Ramah Anak, Bela Negara, Pramuka, Paskibraka, bahkan Sekolah Tanggap Bencana dan Siaga Kependudukan.
Simak berita selengkapnya ...