Tafsir Al-Isra 7: Kapal Pengangkut Sabu Harus Ditenggelamkan
Editor: Redaksi
Wartawan: --
Jumat, 31 Agustus 2018 01:41 WIB
Oleh: Dr. KH A Musta'in Syafi'ie M.Ag. . .
In ahsantum ahsantum li-anfusikum wa-in asa'tum falahaa fa-idzaa jaa-a wa’du al-aakhirati liyasuu-uu wujuuhakum waliyadkhuluu almasjida kamaa dakhaluuhu awwala marratin waliyutabbiruu maa ‘alaw tatbiiraan (7).
BACA JUGA:
Tawarkan Narkoba ke Teman yang Tertangkap, Polres Blitar Ciduk Pengedar Ganja dari Malang
Petugas Gabungan Razia di Diskotik IBIZA Surabaya, 7 Orang Diamankan
Polres Tulungagung Tangkap Komplotan Pengedar Narkoba
25 Sopir Bus di Terminal Kesamben Blitar Dites Urine, 1 Orang Positif Amphetamin
"... wa-in asa'tum falahaa". Pelaku keburukan akan menuai akibatnya. Pada ayat studi ini (7), konsekuensi isa'ah, perbuatan buruk (asa'tum) dipakai kata "Laha" (fa laha), padahal biasanya pakai hurus jarr 'ala, 'AlaiHa. Redaksi umum, terma "Laha" itu bersifat reward atas perbuatan baik, karena pelaku mengunduh manfaat dan menikmati. Sedangkan kata "Alaiha" sebagai punishment karena pelaku menuai akibat buruk dari perbuatannya. Lihat Fussilat: 46.
Tafsir linguistik mengedepankan, bahwa itu boleh-boleh saja sebagai varian kebahasaan. Banyak terjadi, kata "ala" bermakna "lam tamlik " dan sebaliknya. Jadi, sama saja antara efek "laha" dan "alaiha". Ilmuwan lain menyatakan tidak sama. Bahwa penempatan kata reward (Laha) pada posisi punishment ('alaiha) adalah bentuk tahqir, penghinaan.
Dengan pola tahqir, tesis itu makin tajam dan terasa lebih menyakitkan. Sudah jelas sebuah kesengsaraan, penderitaan, kok disuruh menikmati. Seperti polisi yang berkata kepada pesakitan yang dijebloskan ke dalam penjara: "selamat menikmati hotel prodeo".
Simak berita selengkapnya ...
sumber : Oleh: Dr. KH A Musta'in Syafi'ie M.Ag