Disindir Pastor Soal Poligami, Ini Jawaban Cerdas-Kocak Kiai Hasyim Muzadi
Editor: MMA
Minggu, 14 Juni 2020 13:20 WIB
Oleh: M Mas’ud Adnan
Kiai Haji Ahmad Hasyim Muzadi sudah tiga tahun meninggalkan kita. Ulama yang lahir di Tuban, Jawa Timur, 8 Agustus 1944, itu wafat di Malang, 16 Maret 2017. Pada umur 72 tahun.
BACA JUGA:
Negara Takhta Suci Katolik Vatikan dan Jasa Besarnya di Kemerdekaan Indonesia
Bagikan Tafsir Al-Jailani, Khofifah Ajak GenZi Jadi Generasi yang Cinta dan Mengamalkan Quran
Khofifah Kader Ideologis Gus Dur, Loyalitas tanpa Batas
Lebaran Tinggal Hitungan Hari, Ini Tips Berhijab Bagi yang Punya Pipi Tembem
Banyak sekali legacy pemikirannya yang cukup cemerlang. Pendiri Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Malang Jawa Timur dan Depok Jawa Barat itu selain piawai pidato, memang cerdas dalam berpikir.
Kiai Hasyim Muzadi juga sangat humoris. Saat beliau masih hidup, saya (penulis artikel ini) sering diajak diskusi. Tentu sambil ger-geran. Karena beliau selalu menyelipkan humor.
Diskusi tentang apa? Tentang NU. Tentang Islam. Tentang umat Islam dan juga tentang politik. Baik nasional maupun regional. Konsekuensinya, saya sering diminta datang ke pesantren yang beliau dirikan, yaitu Malang dan Depok Jawa Barat. Bahkan kadang saya diajak bertemu orang-orang penting, terutama tokoh politik nasional, termasuk Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Namun beliau sering juga mengajak diskusi lewat telepon. Ketua Umum PBNU dua periode itu memang ulama yang sangat rajin menyapa dan menelepon para kader NU di berbagai daerah. Termasuk saya yang tinggal di Surabaya.
Nah, pada bulan suci Ramadan, tepatnya Senin (6/7/2015), beliau ke Surabaya. Ia minta saya menemui di PT Garam Surabaya. Ternyata Kiai Hasyim diundang ceramah Ramadan oleh PT Garam. Saat itu Direktur Utama PT Garam adalalah Usman Perdanakusuma. Saya datang bersama Idy Muzayyad, mantan Ketua Umum Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan wakil ketua KPI Pusat.
Sore, sebelum buka puasa itu, saya menyimak dengan baik isi ceramah beliau. Kiai Hasyim semula bicara soal korelasi kesehatan dan puasa. Menurut Kiai Hasyim, puasa adalah ibadah yang secara medis bisa menstabilkan kesehatan tubuh manusia.
”Saya kalau periksa ke dokter disuruh puasa dulu. Kadang 9 jam. Itu artinya, puasa menjadi stabilitas kesehatan manusia,” kata Kiai Hasyim Muzadi mengawali Tausiyah Ramadan di depan para pimpinan dan karyawan PT Garam (Persero) di Jalan Arif Rahman Hakim Surabaya itu.
Kiai Hasyim Muzadi yang tiap pagi membaca kitab Al-Hikam di depan para santrinya itu menceritakan bahwa puasa dilaksanakan semua agama. Bahkan, menurut dia, puasa itu sudah ada dan dilaksanakan umat sebelum Islam dibawa Rasulullah SAW.
Dalam puasa, kata dia, ada unsur pengendalian nafsu. ”Jadi puasa bukan hanya ibadah, tapi juga mengandung kesehatan dan pengendalian nafsu,” katanya.
Kiai Hasyim kemudian menceritakan tentang sikap agama dan paham lain dalam menghadapi nafsu. ”Kalau dalam agama Kristen, nafsu itu dipotong. Sedang dalam pandangan orang Barat, nafsu itu justru diumbar secara bebas,” katanya.
Simak berita selengkapnya ...