Begini Siasat Pengrajin Tempe di Blitar Saat Harga Kedelai Melambung
Editor: Nizar Rosyidi
Wartawan: Akina Nur Alana
Selasa, 05 Januari 2021 11:10 WIB
BLITAR, BANGSAONLINE.com - Pengrajin tempe di Blitar harus memutar otak agar usahanya tetap berjalan. Pasalnya, bahan baku produksi yaitu kedelai, mengalami kenaikan harga sejak pertengahan Desember 2020 lalu.
Tak hanya memengaruhi produsen tahu dan tempe besar saja, namun pengrajin tempe rumahan juga merasakan dampak dari kenaikan harga kedelai ini.
BACA JUGA:
Pabrik Gula RMI Blitar Targetkan Produksi 1,1 Juta Ton pada 2024
Usai Lebaran, Bupati Blitar Kembali Genjot Program OVOP
Harga Kedelai Naik, Perajin Tempe di Kota Pasuruan Mengeluh
Permintaan Gas Elpiji Nonsubsidi di Blitar Turun Hingga 10 Persen, ini Penyebabnya
Seperti halnya yang dialami oleh Rizquna Muafiq, pengrajin tempe rumahan asal Desa Ngoran, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar. Dia mengatakan, sejak pertengahan bulan Desember tahun 2020 lalu, harga kedelai di pasaran berangsur naik.
Sebelumnya, harga kedelai di pasaran Rp 7.000 sampai Rp 8.000 per kilonya. Namun, mulai pertengahan Desember harga kedelai naik hingga Rp 9.000 sampai Rp 9.500 per kilogram.
"Yang jelas berpengaruh terhadap produksi. Sekarang ini banyak pengrajin tempe yang memilih untuk mengurangi atau mengubah ukuran dari potongan tempe, sehingga biaya produksi bisa seimbang dengan harga jual produk. Tapi kalau saya tidak begitu, saya lebih memilih untuk sementara menambal atau menambahi biaya produksi daripada mengubah ukuran potongan tempe lebih kecil," ujar Rizquna saat ditemui di rumahnya, Selasa (5/1/2021).
Simak berita selengkapnya ...