SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Siapa pun tak akan pernah meragukan sikap toleran KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Ulama besar asal Jombang Jawa Timur itu dikenal sebagai tokoh Islam kaliber internasional yang punya komitmen tinggi terhadap hak-hak minoritas.
Ketua Umum PBNU tiga periode itu bahkan dikenal sebagai tokoh demokrasi nomor wahid di Indonesia. Gus Dur juga sangat popular sebagai tokoh Islam paling gigih membela dan memperjuangkan kebebasan hak beragama.
Namun Gus Dur mengingatkan: jangan menganggap semua agama sama. Menurut Gus Dur, kita memang harus baik dan menghormati penganut semua agama. Tapi jangan menganggap semua agama sama.
“Jadi jelas. Kita baik dengan semua (pemeluk) agama lain. Tapi jangan salah, menganggap semua agama sama. Ora podho (tidak sama)!,” tegas Gus Dur dengan nada tinggi saat memberi pengajian pada warga NU yang videonya kini beredar luas.
"Jadi tidak sama. Sendiri-sendiri," kata putra KH A Wahid Hasyim, pahlawan nasional dan menteri agama RI pertama.
Gus Dur mengatakan, semua penganut agama merasa agamanya sendiri yang benar. Gus Dur memberi contoh Konsili II Vatikan atau Pertemuan II Vatikan yang dipimpin Paus Yohanes 23 pada tahun 1962. Pertemuan para uskup itu memutuskan bahwa mereka menghormati hak setiap orang untuk mencapai kebenaran abadi. Tapi mereka merasa yakin bahwa kebenaran ada di gereja Katolilk.
“Lho, wong mereka berani mengatakan seperti itu. Masak kita (umat Islam) gak berani. Gimana,” kata Gus Dur sembari kembali mengatakan bahwa agama tidak sama.
“Jadi kalau Islam disamakan dengan agama lain ya tidak cocok. Wong kenyataanya memang tidak sama,” kata Presiden Indonesia ke-4 itu tegas.
Jadi, kata Gus Dur, agama itu tidak sama. Yang sama itu hanya dalam menghormati manusia. Tapi ajarannya tidak sama. Karena faktanya memang beda.
Cucu pendiri NU Hadratussyaikh KHM Hasyim Asy’ari itu itu lalu mengutip ayat Al Quran: Lakum dinukum waliyadin. Yang artinya: bagimu agamamu, bagiku agamaku.
Gus Dur minta kita teguh dan menjunjung tinggi Islam. Dan tidak boleh menyamakan Islam dengan agama lain. “Kenapa dibedakan? Karena (agama Islam) itu memang tidak sama (dengan agama lain),” kata Gus Dur. (mma)