SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Rais Syuriah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Probolinggo KH Jamaluddin Al Hariri menceritakan soal praktik riswah (money politics) dalam Muktamar NU ke-32 di Makassar. Menurut dia, menjelang pemilihan Rais Am tiba-tiba ia ditelpon seseorang.
”Dia tanya, kiai ada dimana. Saya jawab ada di bawah tenda,” katanya kepada BANGSAONLINE.com. Ternyata si penelepon itu benar-benar datang.
Baca Juga: Mitos Khittah NU dan Logika Kekuasaan
Ia datang berdua dengan temannya. Begitu berada di depan Kiai Jamaluddin orang itu langsung menyodorkan amplop berisi uang. ”Amplopnya besar,” kata Kiai Jamaluddin sambil tangannya memperagakan besarnya amplop.
Diperkirakan jumlah uang itu Rp 15 juta. ”Tapi saya tolak,” katanya. ”Mereka tanya, kiai pilih siapa. Saya jawab, saya pilih Kiai Hasyim Muzadi,” kata Kiai Jamaluddin kepada mereka.
Kiai Jamaluddin mengaku tak kenal dengan mereka. ”Orangnya seusia sampean,” katanya kepada BANGSAONLINE.com. Tapi siapa yang menyuruh orang itu Kiai Jamaluddin bisa menduga.
Baca Juga: Kembangkan Kewirausahaan di Lingkungan NU, Kementerian BUMN Teken MoU dengan PBNU
Menurut Kiai Jamaluddin, tim riswah dari salah seorang kandidat itu beroperasi dengan tiga mobil. ”Tapi yang turun menemui saya dua orang,” katanya.
Diduga, tiga mobil itu, selain mengangkut petugas money politics juga membawa sejumlah uang yang akan dijadikan sogokan/suap kepada para muktamirin. Karena uang yang dibawa para petugas riswah itu dikabarkan berkarung-karung.
Menurut Kiai Jamaluddin, meski dirinya sudah mengaku memilih Kiai Hasyim Muzadi tapi petugas riswah itu masih berusaha untuk menyodorkan uang. Tapi Kiai Jamaluddin tetap menolak. ”Padahal dari Kiai Hasyim saya tak dapat apa-apa,” katanya sembari tertawa.
Baca Juga: Konflik Baru Cak Imin, Istri Said Aqil Mundur dari PKB, Akibat Khianat saat Muktamar NU?
Menurut Kiai Jamaluddin, bukan hanya dirinya yang mau disuap oleh petugas riswah. ”Ketua Tanfidiziyah juga di-sms,” katanya.
”Isi SMS-nya, kalau nanti menang mau diberi uang Rp 5 juta,” kata Kiai Jamaluddin menceritakan SMS yang masuk ke HP Ketua Tanfidziah PCNU Probolinggo saat itu.
Siapa yang mengirim SMS ke HP Ketua Tanfidziah Kabupaten Probolinggo saat itu? Kiai Jamaluddin menyebut nama seorang petinggi PWNU.
Baca Juga: Emil Dardak Dukung Muktamar NU ke-35 di Surabaya
”Tapi meski menang tak diberi,” katanya sembari tetawa. Ada dua kemungkinan kenapa uang itu tak jadi diberikan. Pertama, diambil sendiri oleh petugas riswah itu. Kedua, karena PCNU Probolinggo tak sesuai dengan harapan petugas riswah. Yaitu tak memilih kandidat yang dijagokan.
Kiai Jamaluddin mengingatkan bahwa praktik politik uang dalam Muktamar NU di Makassar bisa terjadi lagi dalam Muktamar NU di Jombang. ”Harus hati-hati,” sarannya.
Karena para penyuap muktamirin itu pasti melakukan berbagai cara untuk memenangkan kandidatnya. Ia menceritakan kasus rekayasa dalam muktamar NU di Makassar.
Baca Juga: Satu Abad Nahdlatul Ulama, Eri Cahyadi Ingin Surabaya jadi Tuan Rumah Muktamar NU ke-35
”Pemilihan Rais Am dan Ketua Umum itu kan ditunda,” katanya. Menurut dia, pemilihan ditunda diduga karena petugas riswah belum menyelesaikan tugasnya. ”Pemlihannya kan malam hari. Saya dapat telepon sekitar jam segini ini,” katanya. Maksudnya sekitar jam 2 siang.
Lalu Kiai Jamaluddin akan memilih siapa dalam Muktamar NU di Jombang? Ia secara terang-terangan tetap akan memilih KIai Hasyim Muzadi sebagai Rais Am. Alasannya, Kiai Hasyim Muzadi adalah kader NU yang mengabdi kepada NU sejak dari tingkat ranting.
“Saya sejak dulu sudah bersama dengan Kiai Hasyim,” katanya. Apalagi sekarang NU dalam kondisi darurat dari segi aqidah. Menurut dia, kini Aswaja sedang terancam Syiah, Wahabi dan Islam LIberal. ”Hanya Kiai Hasyim yang bisa tegas menyelamatkan Aswaja,” katanya.
Baca Juga: Muktamar NU, Yahya Staquf, Birahi Politik, dan Sandal Tertukar
Sedang untuk Ketua Umum Tanfidziah, Kiai Jamaluddin mengaku memilih KH Ir Salahuddin Wahid (Gus Solah). ”Saya dapat banyak SMS dari kiai-kiai yang mempertanyakan ketua umum yang sekarang (KH Said Aqil Siraj),” katanya.
”Kiai-kiai itu bilang ketua umum PBNU yang sekarang tidak punya karakter NU, karena itu jangan sampai dipilih lagi,” tegasnya sembari menunjukkan SMS dari salah seorang kiai di Proboliggo.
Menurut Kiai Jamaluddin, SMS seperti itu banyak sekali. Ia menilai SMS itu bagian dari amanah. ”Kan berdosa kepada umat kalau kita tak melaksanakan,” katanya. Sebab ia menjadi Rais Syuriah PCNU Kabupaten Probolinggo adalah amanah dari warga NU Probolinggo. Sedang para kiai NU di Probolinggo kini menolak Kiai Said Aqil Siraj jadi ketua umum PBNU lagi. ”Mereka menganggap kurang akhlaqul karimah,” katanya. (tim)
Baca Juga: Ketum PBNU yang Baru Diharapkan Mampu Menjawab Tantangan di Era Globalisasi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News