Tak Mau Digaji, PM Malaysia Anwar Ibrahim juga Menolak Mobil Dinas sejenis Limousine

Tak Mau Digaji, PM Malaysia Anwar Ibrahim juga Menolak Mobil Dinas sejenis Limousine Dahlan Iskan

Anwar sendiri sudah menolak mobil dinas jenis limousine. Bahkan ia juga minta tidak digaji. Anwar harus memikirkan kebutuhan hidup rakyat yang harganya naik. Acara rapat pertamanya usai dilantik sebagai perdana menteri: membahas harga-harga kebutuhan pokok.

Tidak mudah mendapatkan menteri seperti itu. Apalagi salah satu anggota koalisinya adalah Barisan Nasional yang punya citra penuh dengan korupsi.

Yang juga sulit adalah mencari menteri keuangan. Anwar adalah mantan menteri keuangan yang terkenal. Bisa saja ia merangkap menjadi menteri keuangan seperti ketika menjabat wakil perdana menteri di zaman Mahathir Muhammad dulu. Tapi Anwar sudah menegaskan: tidak akan merangkap jabatan menkeu.

Mengangkat kembali Lim Guan Eng? Secara politik tepat: sekalian mengakomodasikan partai Tionghoa, DAP, yang memperoleh kursi lebih banyak dari partai Anwar sendiri: PKR.

Tapi Guan Eng kini ketua umum Partai DAP. Apakah masih cukup waktu. Ia juga baru saja meninggalkan konflik berat di Serawak. Saking marahnya rakyat Serawak sampai hampir semua kursi DPR dari Serawak dirampas habis oleh Gerakan Partai Serawak (GPS). Guan Eng memang sudah minta maaf, tapi luka lama bisa memerah kembali kapan saja.

Sebenarnya Guan Eng tidak salah. Ia mengungkapkan fakta. Tapi ucapan itu menyakitkan perasaan. "Serawak masih punya utang 2,5 miliar Ringgit kepada pemerintah pusat," ujar Guan Eng. Itu harus dibayar. Kalau tidak, dana untuk rehabilitasi sekolah-sekolah di Serawak tidak bisa dicairkan.

Guan Eng, menteri keuangan di zaman Mahathir II, punya data semua itu. Bahkan ia masih mengecam kebiasaan boros di Serawak. "Serawak akan bangkrut dalam tiga tahun kalau tetap dikuasai GPS," ujar Guan Eng.

Benar belum tentu bijak. GPS kini justru lebih menguasai Serawak. DAP pun harus bekerja sama dengan GPS di kabinet baru ini. Maka, mungkin Guan Eng tidak akan menjabat menkeu. Ia sudah merasa. "Saya tidak mengharapkan duduk di kabinet. Yang penting bagaimana Malaysia bisa maju. Bisa bicara di panggung dunia lagi," ujar Guan Eng kepada media di sana. "Yang penting jangan ada yang mencuri Malaysia," katanya.

Sedang GPS tegas bersikap: harus dapat jatah 4 menteri. Itu sama dengan jatah GPS saat berkoalisi dengan Perikatan Nasional dan Barisan Nasional sebelum ini.

Tentu sulit bagi Anwar untuk membuat kabinet ramping. Padahal ia ingin seperti di masa awal Malaysia merdeka dulu (1957). Waktu itu anggota kabinetnya ramping sekali: hanya 12 orang. Di pemerintahan berikutnya pun (1963) masih cukup ramping: 14 orang. Belakangan (2021) anggota kabinet itu menjadi 31 orang.

Meski harus mengakomodasikan banyak kepentingan rasanya Anwar tidak akan seperti Rajapaksa di Sri Lanka. Saking maunya merangkul banyak pihak, kabinet terakhir Rajapaksa terdiri dari 82 orang. Itulah kabinet terbesar di dunia, di zaman modern sekarang ini.

Itu mengingatkan kita pada masa akhir pemerintahan Bung Karno. Waktu itu Presiden Soekarno menyusun kabinet 80 orang lebih –sampai disebut sebagai ''Kabinet 100 menteri''.

Ketika menulis naskah ini saya harus sering berhenti: harus melihat perkembangan di Malaysia. Terutama apakah Anwar sudah mengumumkan kabinetnya. Sampai alinea terakhir tadi pun Anwar belum tampil di TV. Maka biarlah Bung Mirza yang menuliskannya pagi ini di komentarnya: siapa jadi menteri apa. (Dahlan Iskan).

Anda bisa menanggapi tulisan Dahlan Iskan dengan berkomentar http://disway.id/. Setiap hari Dahlan Iskan akan meilih langsung komentar terbaik untuk ditampilkan di Disway.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO