Ada Salawatan, Korban Gempa Cianjur Mau Tinggalkan Tenda, Tapi Nunggu Tenaga Ahli

Ada Salawatan, Korban Gempa Cianjur Mau Tinggalkan Tenda, Tapi Nunggu Tenaga Ahli Dahlan Iskan

CIANJUR, BANGSAONLINE.com Para korban gempa di Jawa Barat ingin kembali ke rumahnya masing.-masing. Mereka ingin meninggalkan tenda. Tapi mereka takut rumahnya roboh. Mereka pun menunggu tenaga ahli yang bisa menjelaskan kondisi rumahnya, apakah masih bisa ditempati atau dirobohkan.

Tapi benarkah ada yang salawatan? Silakan simak tulisan wartawan kondang, Dahlan Iskan, di BANGSAONLINE.com di bawah ini.

SAYA ke rumah Fadillah Munajat di . Rabu petang kemarin. Ia bukan korban gempa bumi yang paling menderita. Ia wartawan kami, Radar . Ia tokoh di kampungnya itu: Cibeleng Hilir.

Fadillah juga bukan yang paling parah di antara 6 wartawan kami yang rumahnya jadi korban gempa. Gempa tidak pilih-pilih. Saya yang pilih-kasih.

Hari sudah gelap. Hujan kian deras. Rumah Fadillah masih 20 menit dari kota . Ke arah barat daya. Yang lain lebih jauh lagi. Perjalanan saya dari Subang ke ternyata lebih lama dari perkiraan. Saya pilih lewat Ciater, Tangkuban Perahu, Lembang, dan Padalarang. Harus mampir makan siang pula di Asstro, Assep Stroberi.

Dulu tidak ada rumah makan ini. Saya kagum melihat keindahannya: besarnya, tata ruangnya, desain bangunannya dan lingkungan sekitarnya. Semua sudut dibuat Instagramable. Ada kebun teh bersusun-susun. Ada gunung Tangkuban Perahu di belakangnya.

Fadil tinggal di tenda. Bersama istri dan dua anaknya. Tapi saya ingin ke rumahnya dulu. Ingin lihat tingkat kerusakannya. Benteng belakang rumah itu retak menganga. Tangga ke lantai dua itu seperti terpisah dari benteng itu –orang Sunda menyebut tembok dengan benteng.

Harapan Fadil –dan harapan korban gempa setingkat Fadil– adalah kedatangan tenaga ahli. Mungkin mahasiswa tingkat akhir teknik sipil dan pembimbingnya. Yang mau jadi relawan pemeriksa tingkat keamanan rumah.

Orang seperti Fadil akan ikut saja kata ahli bangunan itu. Kalau mereka menilai masih aman untuk ditinggali Fadil akan pulang. Ia akan meninggalkan tenda.

Mungkin lebih 50 persen korban gempa masuk kategori seperti Fadil.

Kalau ahli bilang tidak bisa lagi ditempati, Fadil akan membongkar rumah itu. Bongkar total. Untuk dibangun kembali. Kalau uangnya cukup.

Tenda yang ditempati keluarga Fadil berada di sebuah ladang kacang dan porang. Sekitar 50 depa dari rumahnya. Dekat sekali.

Fadil yang menemukan lokasi itu. Ia dituakan di kampung itu meski usianya baru 42 tahun. Fadil juga tahu siapa yang punya ladang itu. Maka, jam 4 sore, dua jam setelah gempa, Fadil menemui pemilik ladang. Pensiunan polisi. Sekitar 20 menit naik sepeda motor dari rumah retaknya.

Pemilik kebun mengizinkan bangun tenda di ladang kacang itu. Maka malam itu juga, ketika penduduk di gang itu sudah menggelar terpal di bawah pohon di pinggir jalan tenda-tenda dipasang. Untung tidak hujan malam itu. Gempa susulan susul-menyusul. Ringan di angkanya tapi berat di perasaan warga.

Kacang tanah dan porang itu dibabat. Tanah diratakan. Sekitar 20 tenda bisa didirikan di kebun itu. Satu tenda untuk satu keluarga. Bisa sangat pribadi.

Saya masuk ke dalam tenda keluarga Fadil. Hujan membuat jalan setapak menuju tenda itu dialiri air. Tenda Fadil yang paling ujung. Saya melewati tenda-tenda tetangganya. Semua sudah senyap. Mungkin sudah pada tidur.

Di dalam tenda Kang Fadil ini terlihat dua kasur besar terhampar di situ. Lantainya terbuat dari terpal. Di seputar tenda dibuatkan aliran air. Agar di saat hujan seperti ini air tidak masuk ke dalam tenda.

Pesawat TV dari rumahnya ia angkut ke dalam tenda. Demikian pula dispenser. Hanya dua barang itu yang ada di dalam tenda. Barang lainnya, termasuk pakaian, tetap di rumah yang retak. Alat-alat dapur ada di dapur umum. Di sebelah kompleks tenda.

Lihat juga video 'Siswa di Cianjur, Rela Lewat Jembatan Rusak untuk Berangkat ke Sekolah':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO