SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Gelombang penolakan terhadap sistem pemilihan Ahlul Halli Wal Aqdi (AHWA) untuk Rais Am makin meluas pasca Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama tanpa Konferensi Besar (Konbes) yang digelar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) pada Sabtu (14/6/2015) lalu. Munas tersebut disebut-sebut sebagai rekayasa untuk mengegolkan AHWA.
Bahkan BANGSAONLINE.com terus mendapat SMS dari beberapa Rais Syuriah PWNU. Mereka memberi pernyataan pers yang intinya menolak AHWA dan menganggap PBNU sewenang-wenang dan tak menghargai keberadaan PWNU dan PCNU.
Baca Juga: Mitos Khittah NU dan Logika Kekuasaan
”Dalam organisasi besar sekelas NU yang mengurus sekian juta umat pasti Allah akan campur tangan dalam memutuskan hasil-hasil Muktamar yang akan datang. Menurut saya, dalam proses ke arah Muktamar saat ini NU mulai dibawa ke ranah politik yang akan menghancurkan NU ke depan. Apalagi di situ yang paling getol adalah pentolan-pentolan politik seperti Slamet Effendi Yusuf yang sampai saat ini sangat getol memperjuangkan AHWA,” tegas Rais Syuriah PWNU Nusa Tenggara Timur (NTT) KH Drs Abdul Kadir Makarim lewat SMS kepada BANGSAONLINE.com, Jumat (19/6/2015).
Slamet Effendi Yusuf adalah mantan ketua umum GP Ansor yang sempat jadi pengurus Golkar selama 21 tahun.
Ia juga mengaku tak peduli dengan Ketua Umum GP Ansor Nusron Wahid yang disebut-sebut terlibat aktif dalam Munas yang ditentang mayoritas PWNU dan PCNU itu. ”Saya tak ada urusan kalau Munas disponsori oleh Nusron atau siapapun karena saya bukan bawahan Nusron. Yang jelas saya punya alasan kuat untuk tidak menghadiri Munas,” katanya
Baca Juga: Kembangkan Kewirausahaan di Lingkungan NU, Kementerian BUMN Teken MoU dengan PBNU
Ia lagi-lagi mengaku heran terhadap sikap PBNU yang main paksa. ”Tokoh-tokoh NU sejak dulu selalu mengutamakan demokrasi dalam pengambilan keputusan-keputusan. Saya juga bingung dengan saudara-saudara saya yang memaksakan AHWA padahal mayoritas daerah-daerah menolak AHWA. Agenda besar apa yang sekarang ada dalam benak para pejuang AHWA ini,” katanya.
Karena itu, menurut dia, sikap main paksa itu harus dilawan. ”Cara pemaksaan seperti ini harus dilawan. Tentu dengan cara-cara yang konstitusional sehingga NU tidak pecah berkeping-keping,” katanya.
Kiai Abdul Kadir Makarim juga mengkritisi sikap Rais Am PBNU KHA Mustofa Bisri (Gus Mus) yang tak melakukan langkah konkrit dalam kemelut Munas.
Baca Juga: Konflik Baru Cak Imin, Istri Said Aqil Mundur dari PKB, Akibat Khianat saat Muktamar NU?
”Saya juga merasa heran terhadap Rais Am Kiai Mustofa Bisri yang selama ini tak pernah bersuara untuk menentramkan kegaduhan-kegaduhan yang saat ini terjadi. Beliau seakan-akan lagi bertapa untuk menghadapi Muktamar yang akan datang. Sudah saatnya beliau keluar dari pertapaan untuk mendinginkan suasana yang semakin tidak menentu ini,” pintanya.
Menurut dia, Rais Am sebagai pimpinan tertinggi di NU harus bijaksana dan tidak boleh ada keberpihakan kepada yang mengusung ataupun yang menolak AHWA.
”Mudah-mudahan beliau tidak punya kepentingan dalam kemelut masalah AHWA ini. Insyaallah, karena beliau adalah milik dari kelompok yang mengusung maupun yang menolak AHWA,” katanya. (tim)
Baca Juga: Emil Dardak Dukung Muktamar NU ke-35 di Surabaya
Baca juga: Dr KH Jamaluddin, Rais Syuriah Sulteng: PBNU Langgar Organisasi dan Lecehkan AD/ART
Baca juga: muktamar-nu-produk-munas-alim-ulama-tak-mengikat" target="_blank">PWNU dan PCNU Penentu Muktamar NU, Produk Munas Alim Ulama tak Mengikat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News