Merasa Dikerjai, Kiai-Kiai NU Menyesal Hadiri Munas Alim Ulama

Merasa Dikerjai, Kiai-Kiai NU Menyesal  Hadiri Munas Alim Ulama KH Dr dr Abdul Chalim

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Ternyata makin banyak kiai peserta Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama yang kecewa karena merasa dikerjai oknum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).

Mereka merasakan Munas yang digelar PBNU pada Sabtu (14/6/2015) di kantor PBNU itu hanya rekayasa untuk mengegolkan Ahlul Halli Wal Aqdi (AHWA) sebagai pemilihan Rais Am. ”Munas itu sudah didesain, dari kanan dan kiri, depan dan belakang,” tutur KH Dr dr Abdul Chalim, Wakil Ketua Tanfidziah Pengurus Wilayah Nadlatul Ulama (PWNU) Bengkulu kepada BANGSAONLINE.com Minggu (21/6/2015)

Baca Juga: Mitos Khittah NU dan Logika Kekuasaan

”Jadi peserta tak bisa bicara leluasa,” kata Abdul Chalim sembari menceritakan bahwa dirinya hadir dalam Munas karena diminta PBNU.

(Baca juga: PWNU Banten Ungkap Kecurangan Munas NU: Setiap Mau Ngomong Dipotong)

”Teman-teman saya kan banyak di PBNU. Jadi saya diminta datang,” jelas dosen National University of Singapore (NUS) yang juga pengasuh Pondok Pesantren Sentot Ali Basah Bengkulu itu.

Baca Juga: Kembangkan Kewirausahaan di Lingkungan NU, Kementerian BUMN Teken MoU dengan PBNU

Ia mengaku hadir bersama tiga pengurus dari PWNU Bengkulu. Diantaranya Rais Syuriah PWNU Bengkulu KH Abdul Munir.

”Rais (KH Abdul Munir) menyesal hadir karena merasa dikerjai,” ungkap Abdul Chalim sambil menuturkan bahwa Kiai Abdul Munir duduk di barisan belakang dalam Munas itu. Praktis Kiai Abdul Munir tak bicara sama sekali.

Ia juga bercerita bahwa pimpinan sidang KH Ahmad Ishomuddin langsung mengetok palu dan menutup sidang setelah bertanya, apakah peserta Munas setuju AHWA…? ”Padahal yang mengacung setuju sedikit,” tutur Abdul Chalim sembari tertawa.

Baca Juga: Konflik Baru Cak Imin, Istri Said Aqil Mundur dari PKB, Akibat Khianat saat Muktamar NU?

(Baca juga: KH Ghozali Masruri: Munas Kondisioning, Saya tak Bertanggung Jawab kepada Allah)

Ia sempat menyanggah klaim bahwa AHWA sudah disepakati Munas dan bisa dipraktikkan dalam Muktamar nanti.

”Saya bilang Munas kan tak bisa mengalahkan Muktamar. Jadi Muktamar nanti yang menentukan apakah pemilihan Rais Am itu pakai AHWA atau tidak. Tapi mereka bilang, ini kan sudah keputusan alim ulama,” kata Abdul Chalim heran.

Baca Juga: Emil Dardak Dukung Muktamar NU ke-35 di Surabaya

(Baca juga: -produk-munas-alim-ulama-tak-mengikat" target="_blank">PWNU dan PCNU Penentu Muktamar NU, Produk Munas Alim Ulama tak Mengikat)

Padahal, para Rais Syuriah dari PWNU-PWNU yang menolak AHWA juga alim ulama yang tak kalah zuhud dan punya marwah atau integritas tinggi.

Menurut dia, makin kentara kalau Munas itu direkayasa. Tapi para kiai, menurut dia, akhirnya memilih diam. ”Kiai kan tak biasa ngeyel,” tegasnya.

Baca Juga: Satu Abad Nahdlatul Ulama, Eri Cahyadi Ingin Surabaya jadi Tuan Rumah Muktamar NU ke-35

Meski demikian, kata dia, para kiai tetap berpendirian bahwa hanya Muktamar yang bisa memutuskan AHWA atau tidak untuk pemilihan Rais Am.

”Munas, paling kan cuma bisa merekomendasi,” kata kiai yang kini membidangi masalah pesantren dan kesehatan masyarakat di PWNU Bengkulu itu.

Sebelumnya, BANGSAONLINE.com memberitakan bahwa dalam Munas itu peserta yang menolak AHWA tak bisa bicara leluasa. Ketua PWNU Banten KH Makmur Masyhar mengungkapkan bahwa setiap PWNU berbicara langsung dipotong oleh pimpinan sidang jika arahnya menolak Ahwa. Karena itu ia menilai Munas telah direkayasa secara vulgar.

Baca Juga: Muktamar NU, Yahya Staquf, Birahi Politik, dan Sandal Tertukar

(Baca Juga: PWNU Banten Ungkap Kecurangan Munas NU: Setiap Mau Ngomong Dipotong)

Bahkan Rais Syuriah Sulawesi Tengah Dr KH Jamaluddin Maryajang menilai PBNU telah merendahkan PWNU dan PCNU, terutama karena memaksakan AHWA dalam Munas. Kiai Jamaluddin menilai bahwa penolakan AHWA yang massif tapi tak digubris oleh PBNU bakal berimplikasi serius bagi PBNU.

(Baca juga: Dr KH Jamaluddin, Rais Syuriah Sulteng: PBNU Langgar Organisasi dan Lecehkan AD/ART)

Baca Juga: Ketum PBNU yang Baru Diharapkan Mampu Menjawab Tantangan di Era Globalisasi

Penilaian hampir serupa disampaikan KH Drs. H. A. Ghozali Masruri, salah seorang tokoh NU pelaku sejarah AHWA dalam Muktamar NU ke-27 pada 1984 di Situbondo. Ia menyayangkan langkah PBNU menggelar Munas yang ternyata direkayasa untuk menggiring peserta kepada AHWA pada Sabtu (14-15/6/2015). ”Ini kondisioning,” kata Kiai Ghozali Masruri kepada BANGSAONLINE.com, Senin (15/6/2015). Kini Kiai Gozali menjabat sebagai Ketua Lajnah Falakiah PBNU. ”Kalau ada apa-apa saya tak bertanggungjawab terhadap Allah Swt,” katanya. (tim)

(Baca juga: KH Ghozali Masruri: Munas Kondisioning, Saya tak Bertanggung Jawab kepada Allah)

 (tim)

Baca Juga: Sepulang dari Muktamar NU, Ini yang Dilakukan Kiai Asep Saifuddin Chalim

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Mobil Dihadang Petugas, Caketum PBNU Kiai As'ad Ali dan Kiai Asep Jalan Kaki ke Pembukaan Muktamar':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO