KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Situs Ndalem Pojok Persada Soekarno, Desa Pojok, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri, dan Lesbumi NU Kabupaten Kediri sepakat meminta pemerintah untuk membentuk Tim Kajian Peninjuan Ulang terkait Peristiwa G30S/PKI.
Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Harian Situs Ndalem Pojok, Kushartono, usai menjadi salah satu narasumber dialog kebangsaan bertajuk 'Mensyukuri 30 September Pancasila di Dunia dan 1 Oktober Kirim Doa Pahlawan Revolusi', di Aula Sasono Pandji Saputro Situs Ndalem Pojok, Sabtu (30/9/2023) malam.
BACA JUGA:
- Sambut Hari Kartini, Beragam Komunitas Kenalkan Pahlawan Perempuan Indonesia di Situs Ndalem Pojok
- Menseskab Pramono Anung Bersama Keluarga Berkunjung ke Situs Ndalem Pojok
- Awal Ramadan, Makam Mbah Wasil di Situs Setonogedong Kediri Sepi Penziarah
- Awali Hari Jadi ke-1220, Pemkab Kediri Ambil Air dari 7 Sumber
Dalam dialog kebangsaan yang digelar satu rangkaian dengan tasyakuran 58 cagar budaya tersebut juga menghadirkan pengurus Lesbumi NU Kediri sebagai narasumber.
Menurut Kushartono, hasil dialog tersebut sepakat untuk meminta pemerintah untuk membentuk tim kajian peninjauan ulang peristiwa yang sering disebut dengan G30S/PKI.
“Kita sepakat mengecam peristiwa berdarah yang disebut G30S/PKI ini. Yang kita koreksi adalah tanggal peristiwanya itu tanggal berapa? Apakah pembunuhan Pahlawan Revolusi itu tanggal 30 September atau tanggal 1 Oktober? Ini yang kita dari Situs Ndalem Pojok dan Lesbumi PCNU Kediri sepakat meminta kepada pemerintah perlu membentuk tim kajian peninjauan ulang,” kata Kushartono.
Kushartono menyebut semua Pahlawan Revolusi ini di batu nisannya terlulis wafat 1 Oktober 1965.
“Cobalah buktikan di Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta. Lihat di batu nisan tujuh Pahlawan Revolusi itu adakah tertulis 30 September 1965 atau 1 Oktober 1965. Semua tertulis 1/10/1965,” tuturnya.
“Kalau tak mau ribet, cek di google, misal ketik Pahlawan Revolusi A Yani meninggal pada, semua data akan muncul 1 Oktober 1956. Memang faktanya tidak ada yang wafat 30 September 1965. Makanya Bung Karno selalu menyebut Gestok, Gerakan 1 Oktober,” imbuhnya.