SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Pro-kontra "Islam Nusantara" sebagai tema utama Muktamar NU ke-33 terus berlanjut. Di media sosial, masalah Islam Nusantra ini banyak jadi polemik dan bahkan menuai kecaman. Bagaimana di internal NU?
Ternyata banyak kiai Nahdlatul Ulama (NU) yang tak setuju dengan istilah Islam Nusantara jadi tema utama Muktamar NU ke-33 di alun-alun Jombang. Menurut mereka, istilah Islam Nusantara mempersempit ruang lingkup Islam dan cenderung eksklusif.
Baca Juga: Mitos Khittah NU dan Logika Kekuasaan
”Padahal NU sendiri tidak hanya di Indonesia tapi juga berkembang di luar negeri. Bagaimana dengan teman-teman NU yang berada di Singapura, Malaysia dan sebagainya,” kata KH Misbahussalam, Wakil Ketua Pengurus Cabang Nahdjatul Ulama (PCNU) Kabupaten Jember kepada wartawan, Selasa (7/7/2015).
Bahkan, menurut Misbah, ada dugaan disosialisasikannya Islam Nusantara untuk mengakomodasi ajaran Syiah, Islam Liberal, Wahabi dan idelogi lain yang bertentangan dengan Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja).
Apalagi mulai muncul pendapat bahwa Syiah di Indonesia ada lebih dulu ketimbang Sunni. Artinya, Syiah harus diakomodasi oleh Islam Nusantara karena bagian dari khazanah atau kekayaan agama Nusantara. ”Panitia Muktamar harus mengganti istilah Islam Nusantara dengan istilah yang tidak bertentangan dengan ideologi NU,” katanya.
Baca Juga: Kembangkan Kewirausahaan di Lingkungan NU, Kementerian BUMN Teken MoU dengan PBNU
KH Muhsyiddin Abdusshomad, Rais Syuriah PCNU Kabupaten Jember juga minta agar Panaitia Muktamar NU ke-33 memakai Islam Rahmatan Lil Alamin yang selama ini sudah jadi jati diri NU. “Istilah Islam Rahmatan lil Alamin yang dipakai selama ini sudah benar karena ada rujukannya dalam Al Quran,” katanya, Selasa (7/7/2015).
Menurut dia, istilah Islam Nusantra tak punya sumber baik dalam al Quran, hadits, ijma’ maupun qiyas. ”Justru banyak pihak baik di internal maupun eksternal NU menyerang NU karena persoalan istilah Islam Nusantara,” kata Kiai Muhyiddin.
KHA Muhith Muzadi juga mengaku tak setuju dengan islah Islam Nusantara. Alasannya, Islam itu satu. Yaitu Islam yang sudah jelas ajarannya. “Rumusan khittah itu sudah jelas dan itu adalah ideologi NU. Kalau Islam Nusantara pasti ada mafhum mukholafah. Berarti Islam non Nusantara,” kata kiai penggagas khittah NU 26 yang diratifikasi KH Ahmad Siddiq itu. (tim)
Baca Juga: Konflik Baru Cak Imin, Istri Said Aqil Mundur dari PKB, Akibat Khianat saat Muktamar NU?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News