REMBANG, BANGSAONLINE.com - Oktavirasa, seorang pegiat UMKM asal Rembang, sukses mengelola dan memasarkan fesyen ecoprint yang menjadi tren kekinian.
Fesyen ini memiliki banyak peminat karena memadukan keindahan corak dengan torehan warna eksotis dari pewarna alami.
BACA JUGA:
- SIG Gelar Pasar Murah dan Salurkan 6.000 Paket Sembako di Area Operasi
- SIG Catatkan Volume Penjualan 40,62 Juta Ton Tahun 2023, Naik 10 Persen
- SIG Raih Apresiasi P3DN Terbaik dari Kementerian Perindustrian untuk Kedua Kalinya Berturut-turut
- SIG Akselerasi Dekarbonisasi dan Transisi Energi Hijau untuk Pabrik di Tuban
Oktavirasa sukses menangkap peluang bisnis tersebut dengan membuat produk fesyen motif alam menggunakan teknik ecoprint. Usahanya kian maju berkat pendampingan Rumah BUMN (RB) Rembang yang dikelola anak usaha PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SIG), yaitu PT Semen Gresik.
Perempuan yang karib disapa Okta itu mulai mencintai dunia seni sejak mengenyam pendidikan sekolah dasar. Kecintaannya itu bermula dari hobi merajut dan kaligrafi untuk hiasan dinding.
Jiwa seninya semakin membuncah saat duduk di bangku kuliah. Ia mengembangkan kemahiran dalam merancang busana yang ternyata disukai oleh teman-teman dan kerabat.
Kini usahanya telah berkembang pesat. Banyaknya pesanan mendorong Okta untuk merintis usaha Okvisa Craft pada 2015. Okta bersyukur, hobi yang telah ditekuninya sejak kecil ternyata bisa menjadi sumber pendapatan.
Karya fesyen terbaiknya telah tampil di sejumlah ajang fashion show bergengsi tanah air, seperti Muslim Fashion Festival (Muffest) di Jakarta pada tahun 2023 dan Festival Payung Indonesia di Prambanan pada 2020. Okta sekarang tergabung dalam Asosiasi Eco-printer Indonesia (AEPI).
"Alhamdulilah, selain busana, sekarang saya juga sudah memproduksi tas, dompet, dan sepatu. Setiap bulannya, rata-rata saya bisa menjual sampai 100 produk, mulai dari kain, pakaian jadi, dan produk kerajinan. Untuk harga produk bervariasi, berkisar dari Rp250 ribu - Rp1,5 juta," ucap Okta.
Menurutnya, kualitas produk fesyen ecoprint memiliki kualitas yang tidak kalah dengan teknik konvensional. Bahkan terbilang kuat dan awet karena menggunakan bahan dasar kain berserat alami, dan pewarna dari tanaman, daun, atau bunga
Bahkan, Okta juga membudidayakan beragam tanaman, seperti mahoni, secang, kalpataru, daun lanang, daun truja, hingga kenikir atau cosmos, untuk digunakan dalam proses cetak produk.
"Proses cetak dengan teknik ecoprint tidak menyisakan limbah sehingga ramah lingkungan. Dari sisi kualitas, warna yang dihasilkan juga lebih alami dan tidak beracun. Ini adalah bentuk tanggung jawab moral terhadap pelanggan dan lingkungan," ungkap Okta.