SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Rais Syuriah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Nusa Tenggara Timur (NTT) KH Abdul Kadir Makarim tetap konsisten menolak Ahlul Halli Wal Aqdi (AHWA) sebagai sistem pemilihan Rais Am Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Ia bahkan mengecam kinerja Panitia Muktamar NU ke-33 yang dianggap tak maksimal.
“Panitia Pelaksana Muktamar NU ke 33 di Jombang sepertinya belum siap karena sampai saat ini Laporan Pertanggungjawaban PBNU masa bakti yang lalu belum kami terima,” katanya dalam pernyataan tertulisnya yang diterima BANGSAONLINE.com. (Baca juga: Panitia Muktamar Sembunyikan Tatib, PWNU Jateng: Ini Muktamar Tak Lazim)
Baca Juga: Mitos Khittah NU dan Logika Kekuasaan
Ia menilai panitia sibuk melakukan manuver politik pemilihan Rais Am dan Ketua Umum PBNU sehingga pekerjaan dan tanggungjawabanya terbengkalai. ”Panitia sibuk dengan urusan-urusan yang bukan urusannya. Misalnya ikut serta memperjuangkan AHWA di kabupaten hasil Munas ilegal di Jakarta,” katanya.
Ia mengaku bertekad akan menolak AHWA, apapun resikonya. “Penolakan AHWA harga mati,” tegasnya.
Ia sadar bahwa Panitia Muktamar dan PBNU memaksakan AHWA. Namun ia yakin gagal. ”Sesuatu yang dipaksakan insyaallah tidak akan berhasil karena AHWA sudah ditolak pada saat Munas/Konbes. PWNU NTT sudah pasti menolak AHWA karena melanggar AD/ART dan mempreteli hak PW dan PCNU se-Indonesia,” katanya. (Baca juga: Pra-Muktamar di Lombok, PWNU NTT: AHWA Sudah Pernah Ditolak di Munas-Konbes!)
Baca Juga: Kembangkan Kewirausahaan di Lingkungan NU, Kementerian BUMN Teken MoU dengan PBNU
Ia juga juga mempertanyakan paham yang dianut Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siraj. ”Saya mempertanyakan, apakah KH Said Aqil Siroj itu masih sebagai Ahlussunah wal Jamaah ataukah Syiah,” tegasnya. Sebab KH Cholil Nafis, Wakil Ketua Lembaga Bahtsul Masail PBNU mengaku menemukan dokumen kerjasama yang ditandatangi KH Said Aqil Siroj dan Universitas Al-Musthafa Al-Alamiyah Qom Iran. (Baca juga: KH. Cholil Nafis Ungkap Kerjasama Pimpinan NU - Universitas al-Mustafa al-’Alamiyah Iran)
Ia juga menyayangkan pejabat Rais Am Syuriah PBNU KHA Mustofa Bisri (Gus Mus) yang gagal memberikan kesejukan terhadap NU. ”NU lagi gaduh karena panitia dan PBNU memaksakan AHWA, tapi beliau malah bertapa. Sudah saatnya Gus Mus keluar dari pertapaanya untuk menenteramkan organisasi. Atau dia malah ikut menikmati kegaduhan ini untuk pencalonan Rais Am,” katanya. (Baca juga: NU Gaduh, Rais Syuriah PWNU NTT Minta Gus Mus Tak Bertapa)
Karena itu Kiai Abdul Kadir Makarim mengatakan akan memperjuangkan KH Hasyim Muzadi sebagai Rois Aam masa bakti 2015-2020. Sebab, menurut dia, untuk saat ini hanya Kiai Hasyim Muzadi yang bisa menyelesaikan kegaduhan organisasi NU. ”Aqidahnya jelas, ke-Aswaja-annya jelas,” katanya. Aswaja yang dimaksud adalah Ahlus Sunnah Wal Jamaah an-Nahdliyah.
Baca Juga: Konflik Baru Cak Imin, Istri Said Aqil Mundur dari PKB, Akibat Khianat saat Muktamar NU?
Ketua PWNU Kalimantan Utara (Kaltara) KH Abdul Manan juga menolak sistem Ahwa. Menurut dia, Ahwa tak sesuai dengan AD/ART. ”Kita memperjuangkan Abah Kiai Hasyim Muzadi sebagai Ketua Rais Am,” katanya. (Baca juga: Dr KH Jamaluddin, Rais Syuriah Sulteng: PBNU Langgar Organisasi dan Lecehkan AD/ART) (tim)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News