GRESIK, BANGSAONLINE.com - Bakal Calon Bupati (Bacabup) Gresik dari PKB, M. Syahrul Munir, bertemu para petani di Desa Wahas, Kecamatan Balongpanggang, Rabu (5/6/2024).
Syahrul mengatakan kedatangannya ke Desa Wahas untuk menyerap aspirasi dari warga, khususnya para petani.
Baca Juga: Di Depan Pengurus Golkar, ini Janji Yani-Alif Jika Menang Pilkada Gresik 2024
Ia mengaku mendapat banyak keluhan dari petani, di antaranya ancaman gagal panen di musim kemarau karena sulitnya mendapatkan air untuk irigasi.
Karmen, salah satu petani Desa Wahas, berharap pasokan air di desanya dapat terjaga sehingga ia bisa melakukan irigasi untuk sawahnya.
"Kami berharap saat musim hujan maupun kemarau seperti saat ini ketersediaan air tetap terjaga, sehingga pertanian tetap jalan," ucapnya.
Baca Juga: 9 Parpol Nonparlemen Serahkan Dukungan ke Pasangan Yani-Alif
Untuk sementara, ia terpaksa membeli air tangki untuk mengairi sawah, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk operasional kian membengkak.
"Mau bagaimana lagi, kalau tidak begitu bisa mati padinya (gagal panen)," pungkasnya.
Menurutnya, bertani di Desa Wahas bagaikan makan buah simalakama. "Di tempat kami kalau kemarau tidak ada air, kalau musim penghujan terlalu banyak air. Kami berharap ada solusi dari pemerintah," ujarnya kepada Syahrul.
Baca Juga: KPU Gresik Perpanjang Pendaftaran Cabup-Cawabup, Taufik: Belum Ada yang akan Mendaftar
Sementara itu, Syahrul Munir mengatakan masukan para petani sangat berharga bagi dirinya dalam penyusunan program untuk menangani pertanian.
"Para patani tahu betul kondisi di lapangan. Jadi saat pemerintah membuat program, harusnya bisa meminta masukan mereka. Bukan hanya dari hasil analisis yang kadang tidak sesuai dengan realitas di lapangan," ucapnya kepada BANGSAONLINE.com, Rabu (5/6/2024).
Ia sudah berkali-kali melakukan pemantauan dan diskusi bersama para petani dan petambak untuk mencari solusi atas problem yang mereka hadapi.
Baca Juga: Antisipasi Bumbung Kosong, Yani-Alif Konsolidasi Pemenangan dengan Parpol
"Memang persoalan utamanya adalah saat musim kemarau, waduk, embung, dan sungai, kering. Tapi saat hujan air terlalu melimpah hingga menyebabkan banjir," ungkapnya.
Menurutnya, pemerintah seharusnya bisa melakukan pengelolaan air dengan baik. Tidak harus semua air saat musim penghujan terbuang ke laut.
"Kami akan mendorong organisasi perangkat daerah (OPD) terkait untuk memperbanyak embung atau penampungan air lain sebagai penampung air saat hujan agar tidak langsung terbuang ke laut," pungkasnya. (hud/rev)
Baca Juga: Pendaftaran Kurang 3 Hari, Paslon Cabup-Cawabup Gresik Belum Terima SK Rekom
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News