Oleh: Mukhlas Syarkun
JAKARTA, BANGSAONLINE.com - Secara faktual sejarah NU mencatat, setiap ada kegaduhan atau kekecauan di komunitas nahdliyin, maka tidak akan lepas dari dua gus. Padahal mereka telah banyak sekali menikmati "barokah" NU. Mereka selalu membawa-bawa NU tanpa ilmu dan abai terhadap akhlak nahdliyah.
Ironisnya, dua gus itu juga tidak ada rasa syukurnya sama sekali. Padahal berkat NU, dua gus itu mendapat status sosial tinggi di masyarakat. Dua gus itu juga sama-sama pernah menjadi menteri dan ada yang pernah menjadi kepala daerah dan wakil kepala daerah.
Dua gus itu juga pernah dekat dengan Gus Dur tapi kemudian sama-sama berkhianat.
Celakanya, dua gus itu selalu atau sering membuat gaduh di jagad NU. Sedemikian seringnya sampai dua gus itu dikenal dengan julukan Gus MANOHARA (manuver, onar dan huru hara).
Banyak sekali rekam jejak negatif Gus Manuhara itu. Salah satunya ketika dua gus itu bersaing dalam perebutan ketua umum PKB. Maka PKB pun terus dirundung kekacauan, hingga muncul perpecahan, bahkan juga muncul dua parpol di komunitas NU. Yaitu PKB dan PKNU.
Saat Muktamar NU di Makassar citra NU sempat tercoreng juga karena ada aktor di balik dua gus tersebut.
Lebih parah lagi Muktamar Jombang. Yang kemudian melahirkan konflik berkepanjangan. Bahkan sampai ke pengadilan dan melahirkan buku putih tentang Muktamar hitam. Juga bersumber dari dua gus tersebut.
Sejarah juga mencatat, saat Muktamar NU Jombang – yang tempatnya di alun-alun, bukan di pesantren – dua gus itu sempat berkolaborasi. Hasilnya NU dihegemoni PKB.
Menjelang Muktamar NU Lampung dua gus ini pecah kongsi. Dampaknya sama. NU terbelah, bahkan jadwal atau penetapan tanggal Muktamar terkatung-katung.
Sekali lagi, juga gara-gara dua gus itu. Muktamar NU Lampung pun menyisakan berbagai konflik hingga ada gugatan ke Rais Aam ke pengadilan.