SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Sementara, Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (KontraS) Surabaya mendesak polisi mendalami kasus pembantaian aktivis di Lumajang, Salim Kancil dan Tosan, warga Desa Selok Awar-Awar, Kecamatan Pasirian pada 26 September lalu. Diduga ada aktor kunci yang lebih kuat selain Kades Hariyono.
Koordinator Bidang Pekerjaan KontraS Surabaya Fatkhul Khoir mengatakan, pihaknya akan terus mengawal proses hukum peristiwa pembantaian sadis terhadap Salim dan Tosan, hingga pada proses pengadilan.
Baca Juga: Hendak Perang Sarung, Puluhan Remaja di Lumajang Digelandang Polisi ke Mako Polres
"Meski polisi sudah menetapkan Kepala Desa Selok Awar-Awar sebagai tersangka, kita harap polisi terus mendalami kasus ini. Karena kami menduga, Hariyono hanya operator lapangan. Ada aktor intelektual di atasnya, yang memiliki peran penting dalam kasus ini," terang Fatkhul di sela paripurna dengan Komisi A DPRD Jawa Timur membahas kasus Tosan dan Salim, Kamis (1/10) dikutip dari merdeka.com.
(Baca juga: Diduga Jadi Beking Tambang Pasir, Minta Dugaan Keterlibatan Anggota Dewan Diusut)
Dia juga mengungkap kekhawatirannya, jika kasus ini tidak dikawal akan berhenti tanpa diketahui dalang sesungguhnya. "Kita akan kawal terus prosesnya mulai dari kepolisian, kejaksaan sampai pengadilan. Karena biasanya yang terjadi, ketika di tingkat kepolisian selesai di kejaksaan mengalami persoalan. Jadi kita akan kawal terus sampai tuntas," tegasnya.
Baca Juga: Puluhan Pemuda di Lumajang Digerebek Polisi saat Pesta Ganja
Kembali Fatkhul menganalisa kasus ini berdasarkan data-data yang dikumpulkan pihaknya, kalau Hariyono tidak bekerja sendirian. "Kita cukup lega Hariyono sudah ditetapkan sebagai tersangka pembunuhan itu. Tapi polisi tidak boleh berhenti sampai di sini."
"Hariyono tidak bekerja sendiri, pasti ada yang mengatur strategi mulai dari pertambangan ilegal sampai perencanaan pembunuhan terhadap Salim dan penganiayaan pada Tosan. Pasti ada yang mendanai peristiwa ini, mulai dari persiapan hingga pergerakannya," sambungnya.
Lantas dugaan ada aktor lain di atas Hariyono, seperti apa kesimpulan yang dihimpun KontraS di lapangan? Fatkhul menyampaikan, saat melakukan eksekusi terhadap Salim dan Tosan, para preman sempat sesumbar kalau mereka kebal hukum.
Baca Juga: Begal Semakin Merajalela, Pemkab Lumajang Akan Pasang CCTV di Seluruh Desa
"Dari saksi, yang tidak perlu saya sebut namanya, para pelaku ini sempat bilang kebal hukum. Tidak mungkin tidak ada orang penting di balik peristiwa ini, hingga mereka berani berucap kebal hukum. Kami minta polisi terus mengusut, mulai dari Bupati Lumajang, polisi dan instansi yang ada. Semua harus diperiksa. Harus ada transparasi dalam penyidikan ini," harap dia.
(Baca juga: (Baca juga: Kasus Tambang Lumajang: Polda Dalami Keterlibatan Polisi)
Dan agar kasus ini tidak mentah di tingkat kejaksaan, KontraS juga akan terus mengumpulkan semua bukti, untuk memperkuat argumen polisi, baik saat berkas disampaikan ke kejaksaan maupun saat berada di persidangan.
Baca Juga: Isu Dukun Santet Memakan Korban, Kakek di Randuagung Lumajang Dibunuh Orang Tak Dikenal
"Kita akan kumpulkan semua bukti secara terus menerus untuk memback-up argumen kepolisian, agara kasus ini tidak mentah. Kita akan kawal terus, sampai semua pelaku tertangkap," tegasnya. (ron/mdr/nis/dur/mer/dtc/sta)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News