El Nino Tak Pengaruhi Ketahanan Pangan Jatim

El Nino Tak Pengaruhi Ketahanan Pangan Jatim Rakor TPID Jatim 2014 di Hotel Meritus Surabaya, Selasa (29/4/2014). foto: Nisa Alseena/Bangsa Online

SURABAYA (bangsaonline) – El Nino (gangguan iklim yang mengakibatkan kemarau panjang) bakal terjadi di Jawa Timur pada triwulan III-VI tahun ini. Namun, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Jatim memperkirakan itu tidak akan mempengaruhi kelancaran produksi tananam pokok, khususnya padi.

TPID mencatat, El Nino yang kini mulai terjadi masih katagori lemah. Saat ini, Elnino sudah sampai Riau.Rendahnya dampak El Nino di Jatim karena manajemen pengelolaan air yang sudah relatif baik. TPID juga memperkirakan kenaikan inflasi sebagai dampak Elnino sangat rendah hanya berkisar antara 0,03-0,06 persen.

Baca Juga: Rakornas dengan Presiden, Pj. Gubernur: TPID Jatim Berhasil Kendalikan Inflasi Sesuai Target 2,82%

Selain faktor risiko El Nino tersebut, dampak kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) industri juga tidak berpengaruh signifikan menekan inflasi Jawa Timur hanya 0,08-0,12 persen. Kondisi ini tercermin dari klasifikasi Industri Menengah khususnya pada Perusahaan Terbuka (kapasitas lebih dari 200 kVA) dan Industri Besar (kapasitas lebih dari 30.000 kVA) yang hanya mencapal sekitar 14.33X dari total penggunaan tenaga listrik di Jatim.

''Tantangan yang patut diwaspadai dalam 2-3 bulan ke depan adanya potensi kenaikan inflasi faktor musiman yaitu bulan ramadan dan lebaran. mengimbau para pelaku usaha agar mengantisipasi peningkatan permintaan dengan menyediakan pasokan yang cukup. Apabila kondisi ini dapat dicapai, beryakinan target inflasi sebesar ± 5 persen pada tahun 2014 ini dapat dicapai,'' ujar Ketua TPID Jatim Akhmad Sukardi, saat Rakor 2014 di Hotel Meritus Surabaya, Selasa (29/4/2014).

Terkait evaluasi inflasi di Jatim sampai Maret 2014, Sukardi menjelaskan, secara tahunan mencapai 6,59 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan nasional (7,32 persen). Tekanan inflasi di Jawa Timur lebih didorong kenaikan harga beberapa komoditas volatile foods (cabai rawit, beras dan bawang putih) dan kenaikan transportasi (angkutan udara). Namun kenaikan tersebut dapat ditahan dengan menurunnya harga komoditas volatile foods lainnya seperti telur, daging ayam ras, cabai merah dan tomat sayur.

Baca Juga: Hadiri Rakorpusda BI 2024, Pj Gubernur Jatim Gagas Skema Program Korporasi Petani

''Dari 8 kota yang masuk dalam penghitungan inflasi nasional, secara tahunan (yoy) 4 kota mencatatkan angka inflasi yang lebih tinggi dari rata-rata Jawa Timur yaitu Probolinggo (7,22 persen), Malang (7,19 persen), Kediri (7,00 persen) dan Banyuwangi (6,71 persen). Sementara 4 kota lainnya mencatatkan inflasi yang lebih rendah. Yaitu Jember (6,50 persen), Surabaya (6,36 persen), Madiun (6,23 persen) dan Sumenep (5,45 persen),'' papar Sukardi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO