Kekerasan Seksual di Ngawi Meningkat

Kekerasan Seksual di Ngawi Meningkat Salah satu korban pencabulan yang sedang memberikan laporan pada UPPA Polres Ngawi.

NGAWI, BANGSAONLINE.com - Kasus tindak asusila di Ngawi bikin ngeri. Dari bulan ke bulan semakin meningkat. Pelakunya pun tidak sekadar orang dewasa. Anak-anak di bawah umur juga mencicipi persetubuhan. ‘’Memang ada kecenderungan peningkatan kasus,’’ terang Kasat Reskrim Polres Ngawi AKP Andy Purnomo.

Data unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satrekrim Polres Ngawi menyebut, semua korban tercatat masih anak masih di bawah umur, yakni 18 tahun. Pada Januari ada satu kasus (pelaku dewasa), Februari dua kasus (dua pelaku dewasa), Maret empat kasus (pelaku 1 dewasa, 3 anak). Juga pada April ada empat kasus (pelaku 5 dewasa, 2 anak) dan Mei satu kasus (pelaku anak). “Satu kasus di bulan April ada yang pelakunya empat orang dewasa,” ujar Andy.

Baca Juga: Jebakan Tikus Listrik Kerap Renggut Korban Manusia, Polres Ngawi Beri Sosialiasi Pengendalian Hama

Namun yang semakin membuat ironi pelakunya sudah tidak lagi orang dewasa tapi juga mulai muncul anak-anak. Selain itu, usia korban persetubuhan sendiri lambat laun semakin muda. Kata dia, jika dulu seringnya korban asusila usia 17-18 tahun, kini menjadi 14-15 tahun.

“Bujukan rayu pelaku juga sudah meminta agar korban minum obat-obatan pencegah hamil,” jelas dia.

Menurut dia, ada berbagai faktor yang melatarbelakangi semakin tumbuhnya kasus asusila. Seperti pembiaran orang tua kepada anaknya. Salah satu bukti adalah kasus April yang melibatkan anak berusia 9 tahun. Kata dia, pada usia tersebut seharusnya anak belum paham hubungan seksual atau pornografi. Namun ternyata, dari hasil penyidikan, anak tersebut sudah memahami karena meniru perilaku orang tuanya saat di tempat tidur. 

Baca Juga: Polres Ngawi Amankan Dua Pengguna Narkoba di Street Food Imam Bonjol

’Si anak ini masih tidur bersama orang tuanya, jadi tahu kalau orang tuanya sedang berduaan. Akhirnya si anak meniru,”imbuh dia.

Selain itu, tidak adanya kepedulian dari lingkungan. Masyarakat mulai kurang peduli dengan anak di bawah umur yang berpacaran di tempat umum. Juga ada kecanggihan teknologi dan pengaruh media sosial. Banyak anak yang saling kenal lewat berbagai media sosial. Hingga akhirnya memutuskan berpacaran. Namun, karena bujuk rayu orang yang baru dikenal akhirnya bersedia melakukan hubungan seksual. “Banyak faktor menyebab peningkatan kasus,”jelasnya.(nal/ns)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO