Rais Aam PBNU, KH. Ma'ruf Amin Sayangkan Kiai Dijadikan Obyek Survei Pilkada

Rais Aam PBNU, KH. Ma Rais Aam PBNU KH. Ma'ruf Amin? usai mengisi acara UINSA Mengaji Indonesia di kampus UIN Sunan Ampel, Surabaya. foto: DIDI ROSADI/ BANGSAONLINE

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Jelang pelaksanaan Pilkada serentak tahun 2018, lembaga survei mulai bermunculan dan merilis hasil penelitian yang telah mereka lakukan selama ini. Namun baru kali ini lembaga survei Pilkada Jatim berani menjadikan kiai sebagai obyek survei.

Tak ayal, sejumlah tokoh bahkan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) sampai merespon dan sangat menyayangkan kenapa kiai dijadikan responden survei pilkada karena itu tindakan su'ul adab yang bisa meruntuhkan marwah dan wibawa kiai sebagai tokoh panutan masyarakat.

Baca Juga: Saat Turba di Banyuwangi, Kang Irwan Solidkan Pemenangan Khofifah-Emil dan Ipuk-Muji

"Jangan seret-seret kiai atau memojokkan kiai dalam Pilkada. Apalagi menjadikan kiai sebagai responden survei, itu su'ul adab," terang Rais Aam PBNU KH Makruf Amin di sela menghadiri kegiatan UINSA Mengaji Indonesia di kampus UINSA jalan A Yani Surabaya, Kamis (31/8) dini hari.

Sekedar diketahui, salah satu lembaga survei bernama PollTrend merilis hasil survei terhadap 61 kiai yang mewakili empat wilayah, yaitu Madura, Mataraman, Arek dan Pendalungan terhadap kecenderungan pilihan di mendatang. Dalam survei yang dilangsungkan pada 17 Juni hingga 17 Juli 2017, PollTrend membagi tipologi kiai menjadi empat, yaitu kiai politik, kiai panggung, kiai pondok pesantren dan kiai tarekat.

Ditegaskan KH Makruf Amin, pada mendatang, PBNU menyerahkan sepenuhnya kepada kiai-kiai di Jatim terkait siapa kader NU yang didukung di Pilkada Jatim 2017. Mengingat, ada dua kader 2 yang akan maju, yaitu Saifullah Yusuf dan Khofifah Indar Parawansa.

Baca Juga: UMKM Kue Pia di Gempol Pasuruan Curhat Terdampak Covid-19, Khofifah Janji akan Beri Perhatian Lebih

"Saya serahkan pada kiai di Jatim saja karena mereka yang lebih tahu," dalih ketua umum MUI pusat ini.

Terpisah, pengamat politik komunikasi dari Unair Surabaya, Suko Widodo mengatakan bahwa metodologi riset yang digunakan PollTrend harusnya menggunakan qualitatif, bukan kuantitatif. Apalagi pengkategorian atau pengelompokan kiai menjadi empat tipologi itu kurang pas.

"Kiai itu makin puasa bicara politik makin kuat marwah politiknya. Komunikasi politik itu jangan dipahami dengan apa yang diucapkan. Tetapi harus dipahami pula dari sikap dan tindakan senyatanya. Makin diam kiai itu makin muncul keemasannya," pungkas Sukowidodo. (mdr)

Baca Juga: Di Tengah-Tengah Pentas, Relawan Waranggono Kampanyekan Khofifah-Emil di Wilayah Lamongan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO