Caleg PSI Blusukan di Kampung Nelayan Surabaya, Janji Bantu Pengembangan Paving dari Limbah Kerang

Caleg PSI Blusukan di Kampung Nelayan Surabaya, Janji Bantu Pengembangan Paving dari Limbah Kerang Caleg PSI Andy Budiman saat melihat produksi paving kulit kerang. foto: SYUHUD/ BANGSAONLINE

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Paving berbahan limbah kulit kerang hasil produksi kelompok nelayan di Desa Kedung Cowek Kecamatan Kenjeran, Surabaya, Jawa Timur menarik perhatian sejumlah kalangan.

Salah satunya adalah caleg PSI dari daerah pemilihan (dapil) I Jatim (Surabaya dan Sidoarjo), Andy Budiman.

Baca Juga: Kunjungan ke Bangkalan, Kaesang Ziarah ke Makam Syaikhona Kholil hingga Futsal

Andy yang mengetahui kreativitas para nelayan melalui penberitaan media massa mengaku tertarik dengan paving tersebut karena mampu mengurangi limbah kulit kerang hingga 40 persen. "Ini salah satu terobosan baru yang layak mendapat apresiasi semua kalangan. Apalagi, disamping mampu membantu perekonomian para nelayan juga bisa mengurangi limbah kulit kerang hingga 40 persen," ujarnya saat melihat langsung produksi paving, Jum'at (10/10/2017).

Dia berjanji akan menghubungi para koleganya di berbagai kota untuk membantu pengembangan produksi dan cakupan pemasaran.

Apalagi, paving para nelayan ini tergolong unik bukan hanya karena berbahan kulit kerang, namun ciri khas tampilannya berupa kulit kerang yang masih utuh dipermukaan paving, sehingga bisa mempercantik halaman rumah maupun jalan.

Baca Juga: Liana Kurniawan Resmikan Rumah Pemenangan Bersama di Jl. Residen Sudirman Surabaya

"Saya belum pernah melihat produk paving seperti hasil kreativitas para nelayan ini, sehingga kita perlu membantu mematenkan karya mereka ini," jelasnya.

Produksi paving limbah kerang di Desa Kedung Cowek sebenarnya baru dimulai sekitar 3 bulan terakhir setelah para nelayan mendapatkan pelatihan dari mahasiswa Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya. Sejak itulah para nelayan mulai memproduksi secara massal.

Iksan, ketua Paguyuban Nelayan setempat mengatakan kendala utama alat mesin yang terbatas sehingga produksi juga terbatas sehingga hanya mampu memproduksi 40 buah paving setiap hari yang dikerjakan oleh 15 orang nelayan.

Baca Juga: Kasus Tsamara dan Mahfud MD: Kelompok Fasis dan Haus Kekuasaan

Menurut Iksan, untuk penjualan masih fokus di kota Surabaya, karena khawatir tidak mampu memenuhi pesanan akibat terbatasnya mesin produksi. "Kita khawatir tidak mampu memenuhi pesanan jika promosi sampai keluar kota akibat peralatan yang terbatas," jelasnya. (hud/rev)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO