Kasus DBD di Pasuruan Menurun Dibanding Tahun Lalu

Kasus DBD di Pasuruan Menurun Dibanding Tahun Lalu

PASURUAN, BANGSAONLINE.com - Ini mungkin kabar yang cukup menyejukkan. Pada musim hujan bisanya DBD (demam berdarah dengue) menjadi momok bagi masyarakat, utamanya di daerah kumuh. Namun kasus yang disebabkan oleh gigitan nyamuk aedes aegypti di Pasuruan mengalami penurunan yang cukup lumayan.

Data yang yang dimiliki Bangsaonline.com menyebutkan jumlah kasus suspect DBD tahun 2018 yang menyerang masyarakat hanya 23 kasus. Jika dikomparasikan pada tahun sebalumnya, angkanya jauh lebih rendah di mana pada 2017 tembus 317 kasus.

Baca Juga: Cegah Virus Chikungunya, Puskesmas Gempol Pasuruan Lakukan Fogging di Dusun Jembrung I

Imbas penurunan ini, Pasuruan bebas korban meninggal dunia akibat penyakit DBD. Padahal tahun lalu tercatat ada 13 orang yang meregang nyawa imbas penyakit yang disebabkan nyamuk aedes aegypti tersebut.

“Kasusnya jauh lebih turun. Bahkan, tidak ada temuan yang meninggal,” kata Kepala Bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinkes Kabupaten Pasuruan, Agus Eko Iswahyudi saat ditemui di kantornya.

Agus mengungkapkan penurunan kasus DBD diketahui berdasarkan pendataan yang dilakukan petugas lapangan selama dua bulan, Januari dan Februari. Pada periode yang sama pada tahun lalu, kasus DBD mencapai kisaran 50. Turunnya, kasus DBD ini dipengaruhi upaya Pemkab dan tingkat kesadaran masyarakat yang untuk memerangi DBD.

Baca Juga: Dinkes Kabupaten Pasuruan: Kasus DBD Tahun Ini Alami Penurunan

“Salah satu faktornya adalah adanya kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan menjadi faktornya. Yakni dengan gerakan gemasdarling,” jelasnya dia.

Gerakan ini, kata Agus, untuk mendorong kebersihan lingkungan dengan langkah pembarantasan sarang-sarang nyamuk. Pihaknya memberlakukan satu rumah satu kader jumantik atau juru pemantau jentik.

Hal ini dinilainya cukup efektif dalam memerangi DBD. “Kami memang memberlakukan satu rumah satu jumantik. Artinya, dalam setiap rumah, ada satu kader yang menjadi jumantik atau juru pemantau jentik. Dampaknya cukup besar, terbukti dengan menurunnya kasus DBD,” sambung dia. (bib/par/rev)

Baca Juga: Dinkes Pasuruan Pastikan Status KLB DBD Belum Diperlukan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO