MAKASSAR, BANGSAONLINE.com - Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak berbagi kiat dalam membangun inovasi daerah dan pelayanan publik di wilayahnya. Berbagi kiat tersebut disampaikannya saat menjadi narasumber di acara Jambore Inovasi Pelayanan Publik Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) di Ballroom Four Points by Sheraton Hotel Makassar, Kamis (25/4).
Emil Dardak menjelaskan, pengembangan inovasi daerah memiliki delapan prinsip yang harus dijalankan. Diantaranya, peningkatan efisiensi, perbaikan efektivitas, perbaikan kualitas pelayanan, tidak menimbulkan konflik kepentingan, dan berorientasi pada kepentingan umum. Selain itu, juga dilakukan secara terbuka, memenuhi nilai kepatuhan, serta dapat dipertanggungjawabkan hasilnya.
Baca Juga: Didukung Penyintas Semeru, Rakka dan TPD Lumajang yakin Khofifah-Emil Menang
Delapan prinsip tersebut, menurutnya, akan diuji oleh komite inovasi daerah yang berada di Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Prov. Jatim. “Jika kedelapan prinsip ini bisa dijalankan, maka bisa mencapai sasaran seperti peningkatan pelayanan publik, pemberdayaan dan peran serta masyarakat, dan peningkatan daya saing daerah,” ujar Emil Dardak panggilan akrab Wagub Jatim.
Menurutnya, inovasi daerah tidak akan menjadi sesuatu yang lebih baik jika inovasi tersebut tidak diresapi oleh setiap insannya. Jadi inovasi harus berubah menjadi kultur di daerah tersebut.
Dirinya menyadari, bahwa inovasi telah banyak lahir dari pemerintah kabupaten/kota. Dalam hal ini pemerintah provinsi akan terus mendorong kabupaten/kota untuk semakin sukses lagi dalam mengembangkan inovasi. Untuk menerapkan inovasi di pemerintahanya, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa bersama dirinya menerapkan Cettar dalam lingkup Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Cettar itu cepat, efektif, efisien, tanggap, transparan, akuntabel, dan responsif.
Baca Juga: Meski Elektabilitas Unggul, Khofifah Tetap Blusukan ke Pasar Wadung Asri
“Akan sangat bagus ketika melaksanakan sebuah kepemimpinan atau leadership ada satu warna yang dibangun. Maka di Jatim ada istilah Cettar. Setiap hal yang dilakukan oleh insan yang ada di Jatim harus Cettar. Kita juga mendorong setiap OPD harus Cettar,” jelasnya.
Dikatakan, Jatim memiliki prestasi yang luar biasa, tetapi pada saat disurvei di masyarakat tetap mengharapkan kehadiran provinsi lebih lagi. Apalagi di era media sosial yang luar biasa, kalau mau menjadi pejabat publik seperti bupati, walikota, gubernur, dan bahkan jajaran kepala organisasi perangkat daerah (OPD) harus bisa hadir di tengah-tengah masyarakat.
Maka Cettar inilah yang bisa digunakan masyarakat untuk menilai Pemprov Jatim. Bahkan pihaknya juga membuat audit Cettar untuk menilai seberapa Cettar OPD di lingkungan Pemprov Jatim.
Baca Juga: Aliansi Transportasi se-Jatim Siap Tebalkan Kemenangan Khofifah-Emil
Dalam paparannya, Emil Dardak menjelaskan, saat ini tidak pada era transfer of knowledge saja, tetapi lebih pada kolaborasi dalam menerapkan inovasi. Bukan mengenal pusat inovasi lagi, tetapi lebih mengenal jejaring inovasi atau innovation network.
“Jatim tidak hebat kalau berpikir sendiri. Jatim bisa semakin hebat karena hebatnya berpikir bersama-sama seperti dengan Sulawesi Selatan,” kata mantan Bupati Trenggalek ini.
Karena itu, Ia berharap, persahabatan antara Jatim dan Sulsel diharapkan terus terjalin erat ke depannya. “Jika keduanya kompak, maka kawasan Indonesia Timur akan semakin kokoh,” pungkasnya.
Baca Juga: Ribuan Warga Ramaikan Kampanye Dialogis Terbuka Bareng Khofifah-Emil di Mojokerto
Sementara itu Deputi Bidang Pelayanan Publik Kemeterian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan-RB) RI Prof. Dr. Diah Natalisa mengatakan, inovasi merupakan satu rentetan yang tidak bisa terpisahkan. Oleh karena itu, Kemenpan-RB terus mendorong inovasi pada pemerintah daerah. Sebagai contoh 2018, Kemenpan-RB juga mengadakan forum replikasi inovasi. (mdr/ian)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News