Mau Dirikan 17.000 PAC Pergunu, Ini Obsesi Besar Kiai Asep: Kader NU Jangan Jadi Penonton

Mau Dirikan 17.000 PAC Pergunu, Ini Obsesi Besar Kiai Asep: Kader NU Jangan Jadi Penonton Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, M.A. foto: MMA/ BANGSAONLINE.COM

BANYUWANGI, BANGSAONLINE.com – Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, M.A. punya tentang kader Nahdlatul Ulama (NU) yang aktif dan tergabung dalam Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (). Menurut dia, kader NU ke depan tak boleh hanya jadi penonton. Tapi harus menjadi pemimpin negeri ini. Kader NU harus jadi presiden RI.

Saifuddin menegaskan, selama ini kita sudah cukup lama jadi penonton. Bahkan pada Orde Baru tak boleh eksis.

Baca Juga: Penjelasan Kiai Asep soal Protes Kades Terhadap Bantuan Keuangan Desa 2025

“Selama Orde Baru tenggelam, karena saat itu monolitik,” kata Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) itu dalam acara Silaturahim dan Wali Santri Pondok Pesantren Amanatul Ummah di Hotel Tanjung Asri Banyuwangi, Jumat (2/4/2021).

Karena itu saat Muktamar NU di Solo ia mengaku berusaha agar dihidupkan. Tapi gagal karena tak mendapat respons. “Baru pada Muktamar NU di Makassar mendapat respons,” tegas penuh semangat. Muktamar NU ke-32 di Makassar berlangsung pada tahun 2010.

Sejak itu pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Amantul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto itu berjuang keras menghidupkan dengan cara mendirikan cabang dan pengurus wilayah di seluruh Indonesia. “Di mana-di mana saya dirikan cabang . Cepat sekali. Karena saya biayai sendiri,” tegas yang disambut tawa para hadirin.

Baca Juga: Diikuti para Mahasiswi Asal Filipina, Peserta Pengajian Kitab Kiai Asep di UAC Membeludak

“Bahkan di beberapa tempat saat itu cabang lebih dulu berdiri daripada NU sendiri,” kata sembari memberi contoh Cabang Kaltara.

Kini mulai membidik tingkat kecamatan. Yaitu akan mendirikan 17.000 Pengurus Anak Cabang (PAC). “Saya akan dirikan 17.000 PAC di seluruh Indonesia,” tegas putra KH Abdul Chalim, salah satu ulama pendiri NU. Dan itu akan sangat mudah.

“Karena semua biaya dari uang saya pribadi. Karena itu saya akan datang ke 34 provinsi. Saya tiap bulan datang ke provinsi-provinsi. Saya sudah datang ke Aceh, Sumatera Selatan, Nusa Tenggara Barat, dan seterusnya,” kata .

Baca Juga: Masa Libur Santri Amanatul Ummah Beda dengan Pondok Lain, Prof Kiai Asep Punya Dua Alasan Menarik

Menurut dia, ke depan 17.000 PAC itu akan sangat strategis di pentas nasional. Sebab akan menjadi jaringan kuat dan solid untuk kepemimpinan Indonesia yang maju, adil, dan makmur.

pun memaparkan nya. Menurut dia, kader NU – terutama - harus punya empat akses strategis. Pertama, akses intelektual.

“Kita cetak doktor-doktor. Tapi bukan sembarangan doktor. Kita cetak doktor yang reperesentatif, kompetentif, dan berkualitas,” katanya.

Baca Juga: Universitas KH Abdul Chalim Mojokerto Undang Said Aqil di Seminar Nasional Tasawuf

Kedua, akses jaringan. “Nah, inilah yang kita lakukan dengan mencetak 17.000 PAC seluruh Indonesia,” katanya.

Menurut dia, jaringan sangat penting dan strategis. lalu menceritakan pengalamannya saat salah satu putranya, Gus Barra, maju sebagai calon wakil bupati duet dengan calon bupati Ikfina Fahmawati untuk Kabupaten Mojokerto.

“Kita menang 65 persen,” kata . Padahalnya, rivalnya Ipung-Ida incumbent. “Incumbent ini juga didukung ketua umum PBNU, Said Aqil, ketua PWNU Jatim, Ketua PCNU Kabupaten Mojokerto. Bahkan juga didukung empat menteri. Tapi incumbent itu hanya dapat 18 persen,” katanya.

Baca Juga: KH Said Aqil Siradj Hadiri Acara Syukuran Sederhana Kemenangan Gus Barra-Rizal di Pilbup Mojokerto

“Kenapa calon bupati dan wakil bupati yang saya dukung menang? Karena kita punya jaringan,” tegas . Menurut dia, pihak lawan yang incumbent memang mengusai elit NU, mulai dari ketua umum, ketua PWNU, hingga ketua PCNU, tapi tak menguasai massa di akar rumput. “Meski ketua PCNU mendukung incumbent tapi MWC-MWC NU dukung Ikfina-Barra,” katanya.

Ketiga, akses sosial. Menurut , akses sosial adalah kerja nyata berupa kepedulian kita terhadap masyarakat, terutama masyarakat lemah terutama secara ekonomi. “Kita bantu orang yang butuh bantuan,” kata yang selama ini banyak mengulurkan tangan pada orang yang butuh pertolongan.

Keempat, akses finansial. “Mari kita memiliki obyek pembelanjaan yang besar,” kata . Menurut , Allah akan selalu menolong orang yang punya obyek pembelanjaan yang besar. “Pertolongan Allah akan ditentukan oleh kadar pembelanjaannya,” katanya.

Baca Juga: Tingkatkan Mutu Pendidikan, Ponpes Amanatul Ummah Ubah Sistem Pembelajaran

Menurut , akses finansial akan menjadi salah satu kunci utama keberhasilan kita ke depan, termasuk dalam menata kepemimpinan nasional. 

Ia juga mengingatkan bahwa tugas guru sangat mulia. Yaitu mencetak manusia beriman dan berakhlak mulia, disamping untuk mewujudkan cita-cita luhur kenerdekaan RI yaitu Indonesia maju, adil dan makmur. (mma) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Sedekah dan Zakat Rp 8 M, Kiai Asep Tak Punya Uang, Jika Tak Gemar Bersedekah':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO