NGANJUK (BangsaOnline) - Para Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) kini resah dengan munculnya draft dari PBNU tentang rencana perombakan struktur kepengurusan NU yang akan dibahas dalam Muktamar NU ke-33 pada 1 hingga 5 Agustus 2015 di Jombang.
”Dengan alasan untuk merampingkan kepengurusan NU kini ada draft kepengurusan dari tim PBNU. Draft struktur kepengurusan tersebut mirip sekali dengan Syiah Imamiyah,” tegas Rais Syuriah PCNU Nagnjuk KH Ahmad Baghowi kepada BangsaOnline.com.
Baca Juga: Mitos Khittah NU dan Logika Kekuasaan
Ia menyebut salah satu contoh dalam draft tersebut yaitu PWNU mau diganti dengan istilah konsul yang hanya dikendalikan 5 orang pengurus. ”Itu pun yang nunjuk PBNU. Ini kan persis dengan Syiah Imamiyah. Semuanya ditentukan dan harus patuh kepada pusat,” kata Kiai Ahmad Baghowi.
Ia menilai indikasi PBNU kerasukan paham Syiah semakin jelas. “Ini suatu tanda bahwa Syiah berkuassa di PBNU,” katanya. Selama ini PBNU memang sangat “toleran” terhadap Syiah. Ketika Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur menghukumi Syiah sebagai paham terlarang, PBNU malah menganggap Syiah saudara. Padahal secara aqidah Syiah jelas bertentangan dengan paham Ahlussunnah Wal Jamaah An-Nahdliah(Aswaja) yang jadi dasar NU.
Kiai Ahmad Baghowi memang tak menyebut siapa yang dimaksud elit PBNU “toleran” kepada Syiah, tapi tampaknya yang dituju adalah Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj. “Saya melihat di TV PBNU menyatakan bahwa Syiah saudara kita,” kata Kiai Ahmad Baghowi.
Baca Juga: Kembangkan Kewirausahaan di Lingkungan NU, Kementerian BUMN Teken MoU dengan PBNU
Ia berharap kepada para Muktamirin agar membersihkan NU dari unsur Syiah. “Orang yang berbau Syiah jangan sampai diberi tempat dalam kepengurusan NU,” katanya serius. Karena itu ia minta agar semua pengurus NU hati-hati dalam memilih pemimpin NU dalam Muktamar yang akan datang. ”Kita harus menjaga NU. Jangan sampai orang yang berbau Syiah, Islam Liberal dan Wahabi, jadi pengurus PBNU,” pintanya.
Isu serbuan Syiah, Wahabi dan Islib ini sebenarnya bertiup sejak Muktamar NU ke-31 dan ke-32 di Solo dan Makassar. Tapi saat itu kegelisahan dan penentangan terhadap tiga paham itu hanya terbatas kepada beberapa kiai dan PCNU. Kini kegelisahan teologis dan penentangan itu sangat masif terutama setelah pemutaran video pidato Ketua Umum PBNU Prof Dr KH Said Aqiel Siraj dalam seminar internasional bertema Aswaja di Asrama Haji Sukolilo Surabaya (23-26/12/2014). Seminar itu digelar Aswaja Center pimpinan KH Abdurrahman Navis, LC MHi (Wakil Ketua Tanfidziah PWNU Jawa Timur) dan dikuti para ketua PWNU se-Indonesia.
Pemutaran video itu sebenarnya diluar dugaan. Saat itu tiba-tiba ada peserta tanya soal isu penetrasi Syiah yang disebut-sebut masuk ke dalam jami’iyah NU. Nah, ketika Ustadz Idrus Romli presentasi materi tentang Syiah lalu memutar video yang berisi pidato Kang Said – panggilan Kiai Said Aqiel Siraj – yang menyampaikan orasi di depan para penganut Syiah.
Baca Juga: Konflik Baru Cak Imin, Istri Said Aqil Mundur dari PKB, Akibat Khianat saat Muktamar NU?
Di depan jamaah Syiah itu Kang Said mendoakan agar warga NU diberi hidayah sehingga mau menerima ajaran Syiah. Kang Said minta warga Syiah memaklumi kalau kini warga NU menolak Syiah. Sebab, kata Kang Said, warga NU masih bodoh. Karena itu Kang Said minta penganut Syiah sabar menghadapi sikap penolakan warga NU. Kang Said juga minta agar ritual-ritual Syiah terus digalakkan bahkan dikembangkan lebih besar dan masif.
Sikap Kang Said yang menganggap warga NU bodoh karena tak mau menerima Syiah inilah yang memicu gejolak di NU. Para kiai menganggap Kang Said bukan sekedar mengimplementasikan sikap tasamuh dan moderasi yang merupakan watak asli NU tapi seolah bertindak sebagai penganut Syiah dan pemimpin Syiah yang membodohkan kiai-kiai NU.
Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta Prof Dr Ali Musthafa Ya’qub tak habis pikir terhadap pidato Kang Said. ''Pernyataan Kiai Said sungguh tidak pantas dilakukan sebagai pemimpin NU. Pernyataan tersebut jelas-jelas bertentangan dengan pemikiran Rais Akbar KH Hasyim Asy’ari dan juga bertentangan dengan AD/ART NU itu sendiri,'' kata Kiai Ali Musthafa Ya'qub dalam diskusi terbatas yang digelar PCNU Jember .
Baca Juga: Emil Dardak Dukung Muktamar NU ke-35 di Surabaya
Menurut Kiai Ali Musthafa Ya’qub, Syiah adalah paham yang sangat berbahaya terhadap Aswaja. ''Syi'ah memiliki paham bahwa membunuh orang selain Syi’ah itu ibadah. Ini sangat berbahaya sekali kalau disebarkan di Indonesia yang mayoritas umat Islam-nya berpaham Ahlussunna wal jama'ah yang bersebarangan dengan paham Syi'ah. Akan banyak friksi-friksi dan konflik yang berkecamuk di tengah masyarakat. Bahkan ini akan mengancam NKRI karena menggoyahkan persatuan dan kesatuan bangsa,'' papar tokoh NU yang dikenal ahli hadits ini.
''Bagi saya paham syi'ah itu lebih berbahaya dari pada paham komunis, ini kalau dilihat dari perspektif ajaran dan dampak yang ditimbulkan di tengah masyarakat,'' ujar ulama jebolan King Saud University Saudi Arabia ini.
Ia lantas menunjukkan sejumlah fakta tentang bahaya Syiah di beberapa negara dibanding komunis, terutama di Iran dan Rusia (dulu Uni soviet).
Baca Juga: Satu Abad Nahdlatul Ulama, Eri Cahyadi Ingin Surabaya jadi Tuan Rumah Muktamar NU ke-35
''Di Iran (negara Syiah), masjid–masjid kaum Ahlussunnah wal Jama'ah sudah dimusnahkan semua, dan bahkan imam-imam dan tokoh-tokoh sunni sudah dibantai semua. Bandingkan dengan Rusia (negara komunis), masjid-masjid Sunni dan imam-imam serta tokoh-tokoh sunni alhamdulillah masih dilindungi oleh negara Rusia,'' paparnya.
Apa yang disampaikan Kiai Ali Musthafa Ya’qub tampaknya bukan tanpa dasar. Menurut mantan pengikut Syiah, Ustadz Roisul Hukama, "persiapan revolusi" seperti terjadi di Iran, juga tengah dipersiapkan Syiah di Indonesia. “Itu cita-cita, jelas sekali,” tandasnya kepada para wartawan. Rencana itupun tengah dimatangkan dengan berbagai tahapan. Salah satunya, “menanam kader-kader Syiah di berbagai Ormas dan Pemerintahan.“
“Harus dikuatkan dulu dengan cara, orang-orang Syiah ditanam dimana-mana. Mereka semua ada di Ormas, Pemerintahan, dan juga Partai Politik,” beber pria yang juga mantan penasehat IJABI Sampang ini.
Baca Juga: Muktamar NU, Yahya Staquf, Birahi Politik, dan Sandal Tertukar
Menurut dia, konspirasi yang tengah disiapkan di Indonesia bagian dari sebuah konspirasi berkala global. Syiah Indonesia sedang berupaya membuat lembaga yang disebut : “Marja al-Taqlid, sebuah institusi kepemimpinan agama yang sangat terpusat,“
Dr Jalaluddin Rakhmat (Kang Jalal), Ketua Dewan Syuro Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) ketika mengomentari kasus Sampang juga sempat mengancam.
“Saya kira kelompok Syiah tidak “sebagus”kelompok Ahmadiyah, kita adalah sebuah kelompok keagamaan yang mendunia, jadi berbeda dengan kelompok Ahmadiyah yang menyambut pukulan yang mematikan itu dengan senyuman. Orang-orang Syiah pada suatu saat tidak akan membiarkan tindakan kekerasan itu terus menerus terjadi,“ tegas Kang Jalal yang kini anggota DPR RI dari PDIP ini.
Baca Juga: Ketum PBNU yang Baru Diharapkan Mampu Menjawab Tantangan di Era Globalisasi
“Karena buat mereka (penganut Syiah), mengorbankan darah dan mengalirkannya bersama darah Imam Husein adalah satu mimpi yang diinginkan oleh orang Syiah. Saya tidak bermaksud mengancam ya tapi apakah kita harus memindahkan konflik Sunni-Syiah dari Iraq ke Indonesia ? Semua itu berpulang pada pemerintah,” ucapnya.
"Karena untuk pengikut Syiah, mengucurkan darah bagi Imam Husein adalah sebuah kemuliaan," ujar Kang Jalal seperti dikutip berbagai media, termasuk Tempo.com edisi 29 Agustus 2012.
Karena itu wajar jika para Rais Syuriah NU kini banyak yang miris dengan Syiah, termasuk Kiai Ahmad Baghowi. Kiai yang sangat energik ini minta agar para Muktamirin hati-hati dalam memilih Rais Aam dan Ketua Umum PBNU. Lalu siapa figur yang bisa dipercaya menjaga Aswaja An-Nahdliah? Kiai Ahmad Baghowi menyatakan KH A Hasyim Muzadi.
Baca Juga: Sepulang dari Muktamar NU, Ini yang Dilakukan Kiai Asep Saifuddin Chalim
”Kiai Hasyim Muzadi yang paham NU dan selalu peduli dan memperhatikan NU. Kiai Hasyim sudah sangat berpengalaman mengurus NU,” tegasnya. Lalu bagaimana dengan figur calon Rais Am yang lain, Kiai Ahmad Baghowi menukas, “Kalau itu saya belum tahu persis,” katanya.
Begitu juga soal Ketua Umum PBNU. Kiai Ahmad Baghowi berharap para kiai selektif untuk menentukan pilihan. Ia mengaku setuju dengan KH Ir Salahuddin Wahid (Gus Solah) yang kini menjadi pengasuh Pesantren Tebuireng Jombang. “Gus Solah itu cucu Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari. Gus Solah tak mungkin merusak tanaman yang telah ditanam kakeknya,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News