Jepang Ngamuk, Pelindo Penyelamat, Jalan Tol Tak Jatuh ke Asing | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Jepang Ngamuk, Pelindo Penyelamat, Jalan Tol Tak Jatuh ke Asing

Editor: MMA
Senin, 07 Februari 2022 10:12 WIB

Dahlan Iskan

SURABAYA, BANGSAONLINE.com , selain menyelamatkan Waskita Karya yang terlilit utang, juga membeli . Sehingga tak jatuh ke .

Loh, kan bukan perusahaan tol? Kok ikut cawe-cawe?

Simak tulisan wartawan kawakan, Dahlan Iskan, di HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.com hari ini, Senin 7 Februari 2022. Selamat membaca:

SALAH satu BUMN yang paling sehat saat ini adalah: . Sebelum merger, apalagi setelahnya.

-lah yang bisa jadi penyelamat Waskita Karya: membeli Cibitung-Cilincing. Yang panjangnya 34 Km. Yang tahap pertamanya sudah beroperasi. Yang Juni depan selesai 100 persen.

Itu bukan saja menyelamatkan Waskita yang tertimbun utang. Itu juga akan menyelamatkan Pelabuhan Tanjung Priok. Angkutan barang bisa langsung ke Priok –tidak lagi harus lewat Cawang. Terutama yang dari berbagai kawasan industri di Cikarang dan sekitarnya.

Tentu, baiknya, tol itu segera dijual lagi: kalau sudah beroperasi kelak. Harga tol yang sudah jadi tentu lebih bagus dibanding ketika masih dalam bentuk proyek.

Orang-orang di sana tentu tahu: bukanlah perusahaan tol. Ia punya misi memajukan logistik Indonesia –terutama di laut.

Kalau pun membeli , itu kepentingannya hanya satu: agar proyek itu tidak mangkrak. Jalan tol itu harus jadi. Agar angkutan barang keluar-masuk Priok lebih lancar.

Setelah tol itu jadi, kepentingan sudah selesai. Bisa dijual lagi. Setidaknya telah juga jadi penyelamat muka pemerintah: itu tidak jatuh ke –meskipun sebenarnya juga tidak masalah.

Proyek tol Cibitung-Cilincing itu memang sempat macet. Sudah lama. Investor di situ angkat tangan: perusahaan Malaysia. Padahal saham di situ mencapai 49 persen. Waskita, sebagai partner Malaysia, ikut sulit.

–waktu itu masih disebut II– membeli saham Malaysia itu. Ini yang publik kurang tahu: bahwa tidak selalu Indonesia jual ke . pun bisa membeli saham .

Sejak itu proyek penting ini jalan lagi. Sampai kemudian sulit lagi: Anda sudah tahu, Waskita terlilit utang segunung.

pun khawatir proyek ini mangkrak lagi. Maka sekalian saja saham Waskita itu dibeli: menjadi pemilik tunggal tol Cibitung-Cilincing.

membeli dari Waskita dengan harga pasar. Jatuhnya lebih mahal dari saat mengambil alih Malaysia. Itu karena tol sudah setengah jadi. Toh sesama BUMN.

Kalau dibuat rata-rata, masih bisa mendapat harga murah: waktu membeli saham dulu, hanya dengan nilai harga buku. Maklum, kala itu proyeknya lagi macet di tahap sangat awal.

Memang, kini muncul godaan baru: lanjutan itu ditawarkan juga ke . Yakni proyek Cibitung-Cimanggis. Yang kelak bisa sambung ke tol yang sudah beroperasi: Cimanggis-Bandara Cengkareng.

Tapi baiknya tidak masuk ke situ. Tidak ada kepentingan –seperti di proyek Cibitung-Cilincing.

Saya ikut tidak sabar menunggu lima bulan lagi: saat tol 100 persen milik itu beroperasi. Tentu membawa perubahan nyata: truk yang selama ini hanya bisa angkut barang 1 kali sehari, bisa menjadi dua kali –bahkan tiga kali.

Betapa tinggi peningkatan efisiensi logistik di kawasan itu.

Problem kemacetan truk di sana gawatnya bukan main. Terkenal sampai ke . Dan Korea. Dan Taiwan.

Terlalu banyak investor di kawasan Cibitung dan sekitarnya. Mereka mengeluh: mengapa lagu Poco-Poco begitu populer di Indonesia. Sampai penyelesaian keruwetan logistik di sekitar Cikarang pun ikut poco-poco.

Kegundahan itu sampai pada puncaknya: bangun saja pelabuhan baru di pantai Bekasi. Atau di Pantai Karawang. Tidak usah tergantung lagi ke Priok.

Soal biaya tidak usah ditakutkan: yang akan mendanai sepenuhnya. Seluruhnya. Dengan bunga murah.

Saya tidak tahu apakah amukan itu manjur. Apakah akhirnya pemerintah benar-benar membangun pelabuhan di pantai utara Bekasi/Karawang.

Yang jelas ada hambatan besar untuk membangun pelabuhan di sana. Terlalu banyak jaringan pipa dan gas di kawasan itu. Tentu infrastruktur energi itu bisa dibongkar. Dipindahkan. Tapi akan sangat mahal.

Pun kalau sampai ada pelabuhan di situ, eksistensi Priok bisa terganggu. Investasi yang telanjur besar terancam.

Tentu memikirkan itu. Tanjung Priok sudah telanjur besar. Telanjur membangun pelabuhan di tengah laut di Kalibaru. Di sebelah timur Priok. Yang disebut juga New Tanjung Priok.

New Priok besar sekali –biaya dan kapasitasnya. Tahap pertamanya saja 1,5 juta TEUS/tahun. Akan menjadi 3 juta di tahap dua.

Telanjur yang telanjur. Telanjur membangun New Priok. (Telanjur: benar. Terlanjur: salah. Lihat humor telanjur berikut ini).

Maka menyelesaikan tol Cibitung-Cilincing adalah pilihan yang tepat. Itu bisa menyelamatan Priok secara keseluruhan –New Priok khususnya.

Memang, untuk sempurna, masih harus membangun tol sambungannya lagi. Tidak panjang. Hanya 7 Km. Khusus dari ujung tol Cilincing ke New Priok.

Kalau semua itu jadi, memiliki pelabuhan New Priok yang sangat ideal: kedalamannya, kapasitasnya pun sampai aksesnya.

Tol baru 7 Km itu pasti lebih mendesak daripada membeli proyek Cibitung-Cimanggis. Tol 7 Km itu juga bisa mencegah munculnya proyek baru yang sangat mahal: pelabuhan di utara Bekasi/Karawang itu.

Tol 34 Km Cibitung-Cilincing adalah harta karun di luar pelabuhan. Mahal harganya, penting fungsinya, strategis sifatnya, dan bisa diuangkan kapan saja. (Dahlan Iskan)

Anda bisa menanggapi tulisan Dahlan Iskan dengan berkomentar http://disway.id/. Setiap hari Dahlan Iskan akan memilih langsung komentar terbaik untuk ditampilkan di Disway.

Simak berita selengkapnya ...

1 2

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video