Pendeta Saifuddin Ekspresikan Radikalisme Kristen, ​Mau Larang Umat Islam Haji ke Makah | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Pendeta Saifuddin Ekspresikan Radikalisme Kristen, ​Mau Larang Umat Islam Haji ke Makah

Editor: MMA
Selasa, 15 Maret 2022 09:37 WIB

Pendeta Saifuddin Ibrahim dalam tangkapan layar

SURABAYA, BANGSAONLINE.com – Kini makin banyak rekaman video Pendeta Ekstrem Saifuddin Ibrahim yang beredar di media sosial. Isinya – semua sudah tahu – adalah pelecehan terhadap ajaran agama Islam dan umat Islam Indonesia. Diantaranya, Pendeta Syaifuddin Ibrahim minta agar Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menghapus 300 ayat Al Quran karena dianggap mengandung ajaran radikalisme.

Permintaan Saifuddin Ibrahim itu tentu bagian dari ekspresi radikalisme Kristen yang dianut pendeta radikal tersebut.

Lebih ironis lagi, pondok pesantren yang merupakan lembaga pendidikan Islam paling banyak terlibat dalam perjuangan dan perang kemerdekaan RI dituduh menagajarkan radikalisme dan teroris. Saifuddin Ibrahim minta agar semua kurikulum dan guru di pesantren diganti.

Suatu pernyataan yang menggelikan. Kenapa? karena ia tak paham tentang pondok pesantren. Celakanya, ia memakai referensi pondok pesantren Az-Zaitun Indramayu yang ia sebut tempatnya teroris berdasi.

Saifuddin Ibrahim bahkan mengaku pernah menjadi guru di Az-Zaitun, pondok pesantren yang tak ada hubungan, baik secara historis maupun kultural, apalagi dari segi pemikiran keagamaan, dengan pesantren yang dikelola para kiai NU.

Berari pendeta radikal itu asbun alias asal bunyi. Karena pendeta eksrem itu tak berbicara beradasarkan data. Syaifuddin Ibrahim tak paham bahwa pondok pesantren – terutama pesantren NU – justeru sangat toleran dan mengajarkan secara intensif kearifan lokal.

Yang perlu diingat, pondok pesantren NU yang jumlahnya mencapai ratusan ribu bahkan jutaan itulah yang terlibat perang kemerdekaan melawan penjajah, baik Belanda, Inggris maupun Jepang. Sementara kelompok Kristen di Indonesia pada saat perjuangan kemerdekaan justeru banyak berkolaborasi dengan penjajah Belanda karena sama-sama beragama Kristen. Itu fakta tak terbantah.

Prof Dr Nurcholis Madjid (Cak Nur), cendekiawan muslim terkemuka lulusan Universitas Chicago Amerika Serikat (AS), pernah mengatakan bahwa pada saat penjajahan Belanda orang Tionghoa memilih beragama Kristen karena status sosial penjajah itu lebih tinggi. Artinya, kelompok Kristen di Indonesia lebih pro penjajah Belanda ketimbang membela tanah air, meski sekarang justeru kelompok Kristen yang paling banyak menikmati jerih payah umat Islam yang berjuang mempertaruhkan jiwa dan raga dalam memerdekakan Indonesia.

Ada video lagi yang diedarkan pendeta radikal itu. Pendeta fundamentalis itu menuduh Allah SWT adalah delusi Muhammad. Bahkan dalam salah satu video lain Syaifuddin Ibrahim mengatakan, seandainya saya menjadi menteri agama, maka akan saya larang umat Islam naik haji ke Makkah. Alasannya, karena orang naik haji itu hanya memperkaya negara Arab, sedang Indonesia miskin.

Alasan ini semakin menunjukkan bahwa pendeta ekstrem itu tak paham realiras negara. Ia tak paham bahwa Saudi Arabia adalah negara kaya. Tanpa orang haji pun sudah sangat kaya.

Nah, banyaknya rekaman video Pendeta Syaifuddin Ibrahim yang beredar di media sosial itu semakin membuktikan bahwa agama Kristen samasekali tak punya toleransi dalam kehidupan beragama. Fundamentalisme Kristen, seperti ditunjukkan Pendeta Syaifuddin, justeru melebihi semua agama, termasuk Islam yang selama ini selalu dituduh intoleran dan radikal.

Harus diakui dalam Islam ada kelompok radikal. Mereka adalah kelompok yang secara sempit menafsirkan agama secara tekstual, disamping kelompok yang punya agenda politik.

Tapi dengan munculnya video-video provokatif dari Pendeta Ekstrem Saifuddi Ibrahim ini, cakrawala berpikir kita akhirnya semakin terbuka bahwa ternyata Kristen jauh lebih radikal. Pantesan mereka terus berusaha untuk menguasai Indonesia.

Simak berita selengkapnya ...

1 2

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video