Semua Rais-Ketua Tanfdiziah se-Indonesia Harus Dijadikan Anggota Ahwa | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Semua Rais-Ketua Tanfdiziah se-Indonesia Harus Dijadikan Anggota Ahwa

Senin, 13 April 2015 17:10 WIB

Poin-poin pemikiran para Rais Syuriah PCNU ditulis dalam huruf Arab pegon. (foto: BANGSAONLINE.com)

NGANJUK (BANGSAONLINE.com) - Para kiai NU – terutama jararan Rais Syuriah PCNU – ternyata selalu merujuk kepada kitab kuning dalam merespon setiap persoalan sosial kemasyarakatan. Maklum, kitab kuning adalah khasanah intelektual Islam yang selama ini menjadi kekayaan NU. Bahkan dalam setiap acara Bahtsul Masail NU kitab-kitab mu’tabarah standar pesantren selalu jadi acuan utama dan basis argumentasi dalam merespon setiap persoalan, termasuk soal suksesi kepemimpinan.

Karena itu, mudah dipahami ketika PBNU mewacanakan sistem Ahlul Halli Wal Aqdi (Ahwa) untuk memilih Rais Am, para kiai di berbagai daerah lalu menelaah dari sudut pandang kitab klasik secara kontekstual. Ternyata pandangan para kiai daerah itu sangat cerdas dan punya nuansa intelektual luar biasa. Nalar mereka tajam. Bahkan dengan merujuk kepada kitab kuning mereka bisa mengonktekstualisasikan era kepemimpinan era Khalifaurrasyidin ke dalam konteks kepemimpinan modern sekarang. Jadi mereka mampu menjawab problem suksesi era modern dengan mengacu kepada fakta sejarah kepemimpinan para Sahabat Rasulullah SAW.

Setidaknya, itulah nuansa yang tampak dalam acara pertemuan para kiai di Pesantren Miftahul Huda Nganjuk Jawa Timur kemarin (Ahad, 12/4/2015). Di pesantren yang diasuh KH Qolyubi Dahlan, wakil Rais Syuriah PCNU Nganjuk itu, hadir para pengurus NU terutama Rais Syuriah PCNU Nganjuk, Ngawi, Madiun, Blitar, dan Kediri. Acara silaturahim para kiai itu semula dijadwalkan dimulai jam 10.00 pagi. Namun molor dan baru dimulai pukul 11.00.

Yang menarik, semua kiai mengemukakan pendapat secara aktif. Tentu dengan kultur NU yang santun dan bijak. ”Pokoknya saya pasrah kepada para kiai,” kata Kiai Qolyubi selaku tuan rumah merendah.

Dalam pertemuan itu para kiai sepakat bahwa Rais Syuriah dan Ketua Tanfidziah PCNU seluruh Indonesia harus dijadikan Ahwa. Karena, menurut mereka, Ahwa itu adalah gambaran dan representasi umat. Artinya, anggota Ahwa harus mencerminkan jumlah umat. Jadi kalau jumlah umat sedikit, maka jumlah Ahwa sedikit. Tapi jika jumlah umat banyak, maka jumlah Ahwa harus banyak. Alasan ini mengacu kepada Kitab Al-Fiqhu Islam Wa Adillatuhu Juz 6 halaman 684.

Para kiai itu menguraikan jumlah anggota Ahwa pada era Sahabat. Menurut mereka , jika Khalifah Abu Bakar ditunjuk oleh 5 orang sahabat, ketika Rasulullah wafat, karena waktu itu jumlah sahabat hanya 124.000 orang. Tapi ketika mengangkat Utsman sebagai Khalifah para sahabat tidak lagi mewakilkan kepada 5 orang, tapi bertambah satu orang, yakni jadi 6 orang (Ahwa). Karena jumlah sahabat saat itu sudah bertambah.

Di bawah ini poin-poin pemikiran para kiai soal Ahwa yang ditulis dalam huruf Arab pegon:

Simak berita selengkapnya ...

1 2

 

 Tag:   muktamar-nu

Berita Terkait

Bangsaonline Video