Pembisik Jokowi Terbelah: Ada yang Menjerumuskan, Ada yang Menyelamatkan
Editor: MMA
Selasa, 12 April 2022 09:47 WIB
Oleh: M Mas'ud Adnan --- Demonstrasi kolosal mahasiswa di seluruh Indonesia yang menentang penundaan pemilu dan masa jabatan presiden tiga periode menjadi bukti konkret bahwa manuver politik pragmatis orang-orang di sekeliling Presiden Joko Widodo terbelah menjadi dua. Yaitu ada kelompok yang menjerumuskan dan ada kelompok yang menyelamatkan.
Siapa kelompok yang menjerumuskan? Tentu kita sudah tahu semua. Yaitu mereka yang getol melakukan manuver politik masa jabatan presiden tiga periode dan penundaan pemilu. Faktanya, gara-gara manuver politik kebablasan itulah para mahasiswa akhirnya turun jalan.
BACA JUGA:
Bersama Presiden Jokowi, Menteri ATR/BPN Peroleh Brevet Kehormatan Hiu
Jokowi Resmikan Smelter Grade Alumina, Erick Thohir Paparkan Dampak soal Impor Alumnium
Menparekraf Sebut Investasi IKN dari Luar Negeri Sentuh Angka Rp1 Triliun
Presiden Jokowi Jadi Saksi Pernikahan Yusuf dan Jihan, Khofifah: Sebuah Kehormatan yang Luar Biasa
Celakanya, para politikus pragmatis itu berani melakukan manuver politik kebohongan publik. Mereka mengklaim punya big data yang isinya 100 juta lebih rakyat Indonesia menginginkan pemilu ditunda.
(Di beberapa kota di Jawa Timur mahasiswa juga melakukan demo. Tampak demo mahasiswa yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) berunjuk rasa di depan Gedung DPRD Kota Kediri, Jawa Timur, Senin (11/4/2022). Foto: ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/CNN)
Ternyata mereka bohong belaka. Faktanya, banyak sekali tokoh yang minta agar big data itu dibuka ke publik, tapi sampai sekarang hanya isapan jempol belaka. Jangankan membuka big data ke publik, melayani dialog soal big data itu saja tak berani.
Lebih celaka lagi, Jokowi sempat larut dan terombang-ambing dengan manuver politik yang menjerumuskan itu. Ia - yang semula tegas menolak masa jabatan presiden tiga periode - tiba-tiba melembek. Bahkan Jokowi sempat minta agar kelompok yang usul penundaan pemilu dan masa jabatan presiden tiga periode juga dihormati.
Pernyataan Jokowi itu tentu menimbulkan persepsi politik bahwa Presiden Jokowi yang masa jabatannya akan berakhir dua tahun lagi itu mendukung manuver politik masa jabatan presiden tiga periode dan penundaan pemilu.
Rakyat pun marah. Kemarahan rakyat itu diaktualisasikan dan direpresentasikan para mahasiswa. Dengan dikordinasi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) mereka turun jalan serentak di banyak kota di seluruh Indonesia. Mereka secara tegas menolak masa jabatan presiden tiga periode dan penundaan pemilu.
Istana pun kalang kabut. Tanpa berpikir panjang, pihak istana langsung mengumumkan bahwa Jokowi mengagendakan pemilu pada 2024. Ini tentu respons cepat orang-orang di sekeliling Jokowi yang ingin menyelamatkan.
Mereka inilah tampaknya yang membisiki Jokowi bahwa kondisi rakyat sekarang sedang gelisah dan marah. Pemilu 2024 harus segera diumumkan agar demo kolosal para mahasiswa itu tak sampai melengserkan Jokowi.
Diakui atau tidak, rakyat sekarang memang sedang tidak baik-baik saja. Kelangkaan minyak goreng, solar, dan naiknya harga-harga kebutuhan pokok, bukan saja telah menyengsarakan rakyat, tapi juga membuat mereka sensitif terhadap pemerintah.
Ingat! Di berbagai daerah terjadi antrean panjang minyak goreng dan solar. Bahkan ibu-ibu dan sopir truk sampai bermalam di tempat antrean. Suatu pemandangan yang sangat mengenaskan!
Simak berita selengkapnya ...