Bedah Buku Kiai Asep di Pascasarjana Unisma: Ilmu Pas-pasan Lebih Dicintai Allah daripada Alim Pelit
Editor: Tim
Minggu, 16 Oktober 2022 13:07 WIB
MALANG, BANGSAONLINE.com – Prof Dr Maskuri Bakri, Rektor Universitas Islam Malang (Unisma) Jawa Timur sangat mengapresiasi terbitnya buku Kiai Miliarder Tapi Dermawan karya M Mas’ud Adnan. Buku ini bercerita tentang succsess story Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto Jawa Timur.
“Judulnya menarik, sangat inspiratif,” kata Prof Maskuri Bakri saat memberikan sambutan dalam acara bedah buku Kiai Miliarder Tapi Dermawan di Pascasarjana Unisma Malang, Sabtu (15/10/2022).
BACA JUGA:
Ketum Pergunu Prof Kiai Asep: Ratu Zakiyah Simbol Idealisme Kita
Kiai Asep Bentuk Saksi Ganda Mubarok dan Khofifah-Emil, Gus Barra Siap Biayai Siswa Berprestasi
Hadiri Muslimat NU Bersholawat Bersama Habib Syech, Khofifah: Jamaah yang Konsisten Mendoakan Bangsa
Khofifah-Emil Dapat Nomor Urut 2, Jadi Lambang Semangat Optimisme Dua Periode
Prof Maskuri menilai Kiai Asep memang luar biasa karena kedermawanan dan kealimannya. Menurut dia, kedermawanan itu sangat dicintai Allah SWT. Bahkan Allah lebih mencintai orang yang ilmunya pas-pasan tapi dermawan ketimbang orang alim tapi pelit.
Ia kemudian mengutip Hadits populer yang menceritakan empat orang atau golongan yang antre masuk surga. Yaitu mujahid atau orang mati syahid, haji mabrur, dermawan dan ulama.
Setelah melalui proses dialog, malaikat mempersilakan ulama dan dermawan masuk surga lebih dahulu. Tapi sang ulama menolak karena saat mencari ilmu ternyata yang membiayai adalah seorang dermawan. Maka dermawan itulah yang berhak masuk surga lebih dulu.
Sosok Kiai Asep, kata Maskuri Bakri, justru lengkap. “Kiai Asep punya ilmu, ahli ibadah, kaya miliader, banyak sedekah dan dermawan,” katanya.
Karena itu, tegas Maskuri Bakri, Kiai Asep paling berhak masuk surga lebih dulu. “Sekarang bagaimana kita bisa meneladani, jadi miliarder yang dermawan,” katanya.
Prof Junaidi Mistar, PhD mengamini apa yang disampaikan Prof Maskuri Bakri. Menurut dia, Kiai Asep memang kiai yang layak diteladani.
Prof Junaidi bahkan memberikan testimoni tentang kedemawanan Kiai Asep.
“Sebelum kaya, Kiai Asep sudah dermawan, “ kata Prof Junaidi Mistar ketika menjadi nara sumber dalam bedah buku tersebut. Junaidi Mistar banyak tahu masa muda Kiai Asep karena pernah sama-sama kuliah di IKIP Malang.
“Dulu Kiai Asep tidur di tempat kost saya,” ungkapnya.
Menurut dia, saat itu ada dua kiai keturunan ulama besar tapi teman-teman kuliahnya tak ada yang tahu kalau mereka kiai besar.
“Yaitu Kiai Asep dan Kiai Fahmi Hadzik dari Tebuireng,” kata Junaidi.
Ia bercerita bahwa tempat tidurnya susun. “Saya tidur di atas, Kiai Asep tidur di bawah,” ungkap Junaidi sembari tertawa. Ia minta maaf karena waktu itu ia tidur di atas yang bisa dianggap tak sopan.
Ia sekarang mengaku tak enak karena ternyata Kiai Asep jadi ulama besar. Pria asal Lumajang Jawa Timur itu bercerita bahwa Kiai Asep sering membantu teman-teman sesama mahasiswa saat kuliah.
“Yang membayari KKN juga Kiai Asep,” tuturnya.
Mendengar cerita nostalgia Prof Junaidi itu, Kiai Asep Saifuddin Chalim tersenyum.
Sementara M Mas’ud Adnan mengaku tertarik menulis kiprah Kiai Asep karena banyak menciptakan paradigma baru dalam dunia kekiaian.
Alumnus Pesantren Tebuireng dan Pascasarjana Univerisas Airlangga (Unair) itu memberi contoh soal tradisi sowan kiai.
"Kalau kita sowan kiai, biasanya kita yang menyalami uang pada kiai karena tabarrukan. “Tapi kalau kita sowan Kiai Asep malah kita yang diberi sarung dan uang,” kata Mas’ud Adnan.
Selain itu, tutur Mas'ud, Kiai Asep punya nasab kiai besar. Kiai Asep adalah putra ulama pendiri Nahdlatul Ulama (NU). Yaitu KH Abdul Chalim, ulama asal Leuwimunding Majalengka Jawa Barat.
Simak berita selengkapnya ...