Atasi Persoalan Kebangsaan di Dunia, PBNU Gelar Halaqah Fikih Peradaban di Pesma An-Nur Surabaya
Editor: Arief
Wartawan: Yudi Arianto
Minggu, 16 Oktober 2022 20:27 WIB
SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Pesantren Mahasiswa (Pesma) An-Nur, Kecamatan Wonocolo, Kota Surabaya, menggelar kegiatan Halaqah Fikih Peradaban dengan tema 'Negara Bangsa dan Posisi Warga Negara dalam Fikih Siyasah', Sabtu (15/10/2022).
Pengasuh Pesma An-Nur, Prof Dr KH Imam Ghazali Said, mengatakan kegiatan ini, merupakan rentetan kegiatan dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dalam menyambut Hari Lahir (Harlah) 1 Abad NU.
BACA JUGA:
Tawuran Gangster di Surabaya Tewaskan Remaja, Polres Tanjung Perak Tangkap 6 Pelaku
Khofifah Dukung Penuh Komitmen PBNU Kawal Pemerintahan Prabowo-Gibran
Ditangkap Kasus Curanmor, Residivis Narkoba di Surabaya Nangis
Janda 2 Anak dari Probolinggo Tewas Tersambar Kereta di Surabaya
Kiai Ghazali, sapaan KH Imam Ghazali Said menjelaskan sudah menjadi persoalan dunia yang mana orang tidak menyetarakan antara warga Muslim dan yang non Muslim. Dan menurutnya, hal itu merupakan warisan dari fikih masa silam.
"Nah, kalau NU (Nahdlatul Ulama) ini mau memberikan solusi terhadap problem yang dihadapi oleh dunia yang sudah menganut negara-bangsa maka harus ada solusi secara fikih. Solusi itulah yang dicari dalam halaqah ini," jelasnya kepada awak media.
Ia mengatakan, tujuan besar dari halaqah ini, sebenarnya untuk memberikan solusi terhadap persoalan-persoalan kebangsaan yang terjadi di berbagai belahan dunia. Ia bersyukur, di Indonesia sendiri jika menghadapi persoalan tersebut, NU sudah memiliki cara sendiri untuk mengatasinya.
"Misalnya, ketika lebih mendahulukan persatuan daripada teknis penerapan syariah atau yang disebut dengan formalisasi syariah. Tetapi, NU sudah mengambil pola bahwa persatuan harus didahulukan. Sedangkan, penerapan syariah itu dilakukan secara gradual atau bertahap," tuturnya.
Menurut Kiai Ghazali, Hal itu, sudah dilakukan di awal masa Kemerdekaan RI pada saat pembuatan Piagam Jakarta. Di antaranya, menerima penghapusan tujuh kata supaya bangsa Indonesia tidak terjadi perpecahan. Hal itu, diteruskan sampai penerimaan NU terhadap Pancasila sebaga azas tunggal. Ditambah lagi, pernyataan NU tentang Trilogi Ukhuwah (Islamiyah, Wathaniyah, dan Insaniyah).
Simak berita selengkapnya ...