Alumnus Tebuireng itu Dekati Mantan Teroris dengan Ushul Fiqh | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Alumnus Tebuireng itu Dekati Mantan Teroris dengan Ushul Fiqh

Editor: MMA
Sabtu, 17 Desember 2022 09:16 WIB

Dahlan Iskan

JAKARTA, BANGSAONLINE.com Salah satu problem global – termasuk di Indonesia – adalah radikalisme. Pemerintah Indonesia terus berupaya melakukan diradikalisasi. Tapi masih belum menunjukkan hasil maksimal. Bom bunuh diri masih menyalak dan marak. Padahal beaya deradikalisasi itu sangat mahal.

Maka kehadiran Shofa Ikhsan atau Muhammad Mushofa yang mendekati mantan dengan sangat menarik.

Bagaimana kisah dan caranya? Silakan simak tulisan wartawan kondang, Dahlan Iskan, di BANGSAONLINE.com, Sabtu 17 Desember 2022 pagi ini:

"BANYAK membaca, pikiran terbuka. Banyak bacaan, jadi toleran".

Yang merumuskan kalimat bagus itu putra Blora. Rumahnya penuh buku. Sejak SMP sudah gila membaca.

Kini ia punya kegiatan mulia: bersahabat dengan mantan . Bukan hanya bersahabat. Ia punya program bersama. Namanya: Rudalku. Singkatan dari Rumahku, Daulahku, Bukuku.

Nama aktivis kita ini: Shofa Ikhsan. Itu nama di cover buku. Nama aslinya Muhammad Mushofa. Diambil Shofa-nya. Lalu ditambah nama bapaknya: Ikhsan.

Ia berusia 49 tahun. Anaknya dua orang. Istrinya lulusan mekanisasi pertanian IPB, kini bekerja di bank asing.

Shofa sendiri dosen agama Islam di Universitas Indonesia. Dosen tidak tetap. Ia sarjana filsafat dari Universitas Gadjah Mada. Lalu ambil master bidang pemikiran Islam di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ditambah lagi master bidang hukum ekonomi di Universitas Nasional.

Setamat SMP di Blora, Shofa masuk SMA pondok Tebuireng Jombang. Selama kuliah di UGM ia juga mondok di pesantren Krapyak.

Shofa kali pertama kenal mantan tahun 2011. Waktu itu ia menjadi anggota tim penelitian radikaliame. Ia pergi ke Palu, Bima, Palembang, dan daerah-daerah ''merah'' lainnya.

Dari penelitian itu Shofa tidak hanya tahu, tapi juga gundah-gulana. Terutama ketika melihat upaya deradikalisasi yang mahal dan formal.

Ia memilih bergaul dan banyak bicara dengan para mantan itu. Mereka itu, ternyata, merasa bosan dengan cara-cara ceramah selama ini. "Ada yang bilang membosankan lalu pilih tidur saja," ujar Shofa mengutip kata-kata mereka. Bahkan ada yang mengaku: kalau didatangkan ke suatu acara, lalu diberi buku, bukunya dibuang waktu tiba kembali di bandara.

Dari banyak mantan yang ia kenal salah seorang mengesankannya: Ki Agus M. Toni. Toni orang dari Ogan Komering Ulu, Sumsel. Anaknya 3 orang. Pekerjaannya: penderes getah karet.

Gus Shofa sampai datang ke rumah Toni. Di tengah hutan karet. Di perbatasan antara OKU (Sumsel) dan Mesuji (Lampung). Di situ rumah penduduk berjauhan. Kanan kiri rumah Toni adalah kebun karet. Rumahnya rumah lama, rumah batu. Lantainya plester. Ada musala kecil dekat rumah itu. Toni rupanya ustad di kampung tersebut.

Toni terlibat penembakan pendeta di Palembang. Pendeta itu ia tembak dengan pistol. Dari jarak 1 meter. Tewas. Setelah itu ia ingin meledaklan bom di sebuah kafe di Sumbar. Yakni kafe yang banyak didatangi orang bule.

Toni sudah membawa bom ke kafe tersebut. Ia sudah siap meledakkannya. Tiba-tiba ia lihat ada wanita berjilbab masuk kafe itu. Ia urungkan tindakan meledakkan bom tersebut.

Toni dijatuhi hukuman 11 tahun. Perilakunya baik. Ia cepat keluar. Lalu kembali ke kampungnya di perbatasan OKU-Mesuji. "Saya perlu perjalanan lima jam dari Palembang ke rumahnya," ujar Shofa.

Toni punya grup 3 orang. Semua dari OKU. Ia sendiri jadi karena terpengaruh jaringan yang lebih besar.

Kini rumah Toni yang sederhana merangkap jadi perpustakaan. Anak-anak sekitar membaca buku di situ. Banyak buku cerita anak-anak kiriman Shofa. Juga buku-buku ilmu sosial. Hanya sedikit buku agama. "Kalau banyak membaca buku agama malah gaduh," ujar Shofa

Simak berita selengkapnya ...

1 2

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video