Gubernur NTT Ngaku Profesor Penjahat: Ancam Pecah Mulut Atlet Hingga Celup Kepala Wartawan
Editor: Tim
Minggu, 05 Maret 2023 08:50 WIB
KUPANG, BANGSAONLINE.com – Kontroversi Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Viktor Laiskodat terus berlanjut. Kini ia kembali menjadi sorotan nasional terkait kebijakannya masuk sekolah pukul 5.00 WITA bagi Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kota Kupang.
Dalam penelusuran BANGSAONLINE, banyak sekali kontrovesri Viktor selaku kepala daerah. Gubernur yang terkenal punya komitmen kuat pada agamanya, Kristen Potestan, itu pernah mengaku sebagai profesor penjahat. Tapi kemudian jadi orang baik.
BACA JUGA:
Di NTT, Petrokimia Gresik Blusukan ke Distributor hingga Petani
6 Ekor Komodo Hasil Breeding TSI, Smelting, dan KLHK RI Dilepasliarkan ke Cagar Alam Wae Wuul NTT
Ibu Iriana Kenalkan Produk dan Budaya Lokal NTT ke Pendamping Pemimpin Negara ASEAN
Diajak Presiden Jokowi Naik Kapal Pinisi, PM Singapura Terkesima Lihat Pemandangan Labuan Bajo
1. MAU CELUPKAN KEPALA WARTAWAN
Bahkan ketika ada wartawan menanyakan dasar hukum masuk sekolah pada pagi buta itu ia bukan menjawab ramah, tapi malah sinis.
“Dasar hukum kau pikir sendiri,” jawab Viktor kepada wartawan di SMA 6 Kupang, Jumat (3/3/2023).
Kebijakan Viktor ini menimbulkan reaksi keras dari tokoh pendidikan NTT. Ketua P2G Provinsi NTT Wilfridus mengungkapkan kebijakan Gubernur NTT ini tidak ramah anak, orang tua, maupun guru. Sebab, tegas Wilfridus, siswa harus bangun jam 4 atau bahkan jam 3, terutama bagi yang jarak rumah dengan sekolahnya jauh. Para guru pun wajib lebih pagi dibandingkan para murid.
Tapi Viktor tak peduli. Ia bahkan sangat sinis dan mengancam wartawan.
"Kau itu datang pagi-pagi (tanya) dasar hukum, nanti kau celup di situ," sergah Viktor kepada wartawan yang mewawancarai sembari menunjuk kubangan air di sekitar SMAN 6 Kota Kupang.
2. ANCAM PATAHKAN KAKI
Gubernur Viktor bukan kali ini saja menyulut kontroversi. Seperti dilansir Vaganza.com, saat terpilih sebagai gubernur NTT ia langsung ngegas. Ia mengancam akan mematahkan kaki para pelaku perdagangan manusia atau human trafficking.
"Kita akan kerja sama dengan Danrem Kupang dan Kapolda NTT. Yang mengirim TKI asal NTT ke luar dan menjadi budak, maka gubernur akan kasih uang untuk patahkan kakinya," kata Viktor, Senin (10/9/2018).
Viktor menyebutkan moratorium ini wajib dilakukan, karena setiap tahun angka kematian TKI yang dikirim pulang terus mengalami peningkatan. Pada 2017 terdapat 62 TKI yang dikirim pulang dalam keadaan meninggal dan 2018 sudah 72 jenasah yang dipulangkan dari luar negeri.
Simak berita selengkapnya ...