Presiden Tiongkok Jinping Kunjungi Rusia saat Putin Diputuskan sebagai Penjahat Perang | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Presiden Tiongkok Jinping Kunjungi Rusia saat Putin Diputuskan sebagai Penjahat Perang

Editor: MMA
Senin, 20 Maret 2023 11:15 WIB

Dahlan Iskan

Amerika bisa saja curiga: Tiongkok justru akan menguatkan hubungannya dengan Rusia. Dalam kunjungan ke Beijing dua tahun lalu Putin menyatakan hubungan Tiongkok dan Rusia adalah hubungan sahabat segala musim. Dua bulan setelah itu Putin menyerbu Ukraina. Maka ada yang berspekulasi bahwa Putin sudah membisikkan rencana serangan itu ke Jinping. Maka Tiongkok sampai sekarang tidak mau mengecam perang itu. Sikap Tiongkok resminya netral, tapi Barat menilainya pura-pura.

Bahkan ada anggapan jangan-jangan Jinping ke Rusia melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan Putin di Beijing: berbisik bahwa dua bulan lagi akan menyerang Taiwan.

Rasanya itu tidak mungkin. Merayu Putin untuk mengakhiri perang lebih masuk akal. Tiongkok ingin menunjukkan, sekali lagi, bahwa dialog akan lebih menyelesaikan masalah daripada saling ancam.

Kalau saja misi Jinping seperti itu, dan berhasil, maka Tiongkok benar-benar telah menjadi pemimpin dunia yang baru. Dengan senjata dialognya. Bukan senjata perangnya.

Berhenti perang, itulah yang diharapkan dunia. Kalau tidak, maka dua tahun lagi pun perang masih akan terus berlangsung. Rusia tidak mau kalah. Amerika juga tidak mau kalah. Tapi keduanya juga tidak mau perang habis-habisan. Agar cepat selesai: siapa pun yang menang.

Rasanya tidak akan ada perang besar-besaran. Itu akan berkembang tidak terkendali. Masing-masing punya senjata nuklir.

Maka perang ini akan terus berlangsung secara begitu-begitu saja. Kecil-kecilan. Sampai ada juru damai yang bisa menghentikannya. Tiongkok punya modal untuk itu. Baik terhadap Rusia maupun Ukraina.

Teman saya, pengusaha, juga ingin agar perang di Ukraina cepat selesai. Ia punya kepentingan sendiri. Pribadi. Soal bisnis.

Tanahnya, sekitar 20 hektare, disewa perusahaan patungan antara orang Rusia dan orang Ukraina. Dua orang itu punya saham yang sama besar.

Mereka sudah membangun pabrik. Sudah mendatangkan mesin-mesin. Sudah selesai. Mesin sudah dites. Pun sudah mulai berproduksi kecil-kecilan. Tinggal memperlancarnya.

Hasil produksinya nanti akan diekspor ke Rusia dan Ukraina. Sudah pula sekali dilakukan ekspor itu. Sukses.

Lalu terjadilah perang di Ukraina. Keduanya, ikut bertengkar di Indonesia. Keduanya tidak bisa damai. Keduanya pulang ke negara masing-masing. Sampai sekarang. Tidak kembali. Atau belum.

Pabriknya ditutup begitu saja. Karyawannya sudah setahun tidak mendapat kejelasan.

Saya minta agar teman saya ikut mencari kontak mereka. Harus ada kejelasan bagaimana dengan pabriknya yang di Indonesia itu.

Perang ternyata juga menyebabkan dua orang partner bisnis ikut jotakan. Padahal uang itu, katanya, tidak beragama dan tidak punya batas negara. (Dahlan Iskan)

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video