Ramadhan dan Reaktualisasi Kesalehan Digital | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Ramadhan dan Reaktualisasi Kesalehan Digital

Editor: Redaksi
Rabu, 05 April 2023 22:16 WIB

Dosen Departemen Sosiologi Universitas Negeri Malang, Ahmad Arif Widianto.

Oleh: Ahmad Arif Widianto

adalah bulan yang mulia bagi masyarakat Muslim. Bulan ini sangat dinantikan karena menjadi ladang pahala dan pengampunan. Selama ramadhan, masyarakat berpuasa tidak sekedar menahan lapar dan dahaga, tetapi juga mengekang hawa nafsu dan kemunkaran.

Sayangnya, esensi puasa seringkali hanya diartikan sebagai rutinitas ukhrawi semata di mana kuantitas dan kualitas ibadah ditingkatkan. Padahal, lebih dari itu, dalam puasa tersirat pesan untuk mengarusutamakan kebaikan dan kemaslahatan bersama.

Secara sosiologis, puasa merupakan momentum sosial untuk saling menebar semangat kebaikan (amar ma`ruf, nahi munkar) dan menguatkan perdamaian. Segala bentuk ketegangan dan keburukan dalam relasi sosial dinetralkan kembali dan diperbarui dengan nilai kebersamaan. 

Dalam menjalani hidup, tentu ada banyak tantangan dan godaan kemaksiatan yang menciderai rasa persatuan dan persaudaraan. Prasangka, ujaran kebencian, gesekan sosial dan sebagainya acapkali mewarnai proses interaksi. 

Jika kondisi demikian diabaikan, Tidak dipungkiri akan membawa pada perpecahan yang berujung pada degradasi peradaban. yang hadir setiap tahun sekali dalam konteks ini menetralisir dan mendetoksifikasi racun-racun dalam hubungan sosial baik dalam kehidupan nyata maupun dunia maya atau digital.

Jebakan Kemaksiatan di Dunia Digital

Kemajuan iptek membawa kehidupan manusia pada kecanggihan. Revolusi kehidupan terjadi secara total dan massif sehingga mengubah pola-pola lama menuju pada kebaruan. Pada satu sisi, perubahan drastis ini berdampak positif bagi keberlangsungan hidup manusia karena menyediakan kemudahan dan kepraktisan melalui inovasi teknologi. Namun di sisi lain, timbul dampak negatif yang dapat kontraproduktif bagi kehidupan masyarakat.

Inovasi telah melahirkan sebuah era baru, yakni era digital di mana praktik sosial tidak lagi konvensional. Era ini seakan menciptakan dunia baru yang lebih canggih, serba cepat dan praktis. 

Masyarakat kini seperti memiliki dua dunia, yakni kehidupan nyata dan maya yang terkadang penuh ketidakpastian dan kepalsuan. Pola interaksi pun berubah, menjadi lebih fleksibel dan cukup dengan memanfaatkan gawai atau perangkat elektronik lainnya. Masyarakat bebas berekspresi dan berjejaring melalui media sosial dengan memanfaatkan internet tanpa terbatas tempat dan waktu.

Media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, Youtube dan sebagainya menarik masyarakat untuk migrasi ke dunia digital yang seringkali membuat terlena dan hanyut dalam jebakan kemaksiatan. 

Bahkan, aktivitas sosial lebih sering dihabiskan di ruang virtual daripada di kehidupan nyata akibat kenikmatan berselancar di dunia maya. Mengutip data dari laporan We Are Social dan Hootsuite, pengguna media sosial di seluruh dunia mencapai 4,76 Miliar atau setara separuh lebih dari total populasi di bumi pada awal tahun 2023 ini. 

Dari jumlah tersebut, sebanyak 167 juta orang adalah masyarakat Indonesia yang aktif sebagai pengguna media sosial. Data tersebut menunjukkan bahwa dunia maya memiliki kehidupan seperti dunia nyata berikut juga permasalahannya.

Simak berita selengkapnya ...

1 2

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video