Tafsir Thaha 63-64: Musa A.S. Pendatang Pemberani
Editor: Redaksi
Minggu, 23 April 2023 22:04 WIB
Oleh: Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag*
63. Qaaluu in haadzaani lasaahiraani yuriidaani an yukhrijaakum min ardhikum bisihrihimaa wayadzhabaa bithariiqatikumu almutslaa
BACA JUGA:
Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Abu Bakar R.A., Khalifah yang Rela Habiskan Hartanya untuk Sedekah
Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Momen Nabi Musa Berkata Lembut dan Keras kepada Fir'aun
Tafsir Al-Anbiya 48-50: Fir'aun Ngaku Tuhan, Tapi Tak Mampu Melawan Ajalnya Sendiri
Tafsir Al-Anbiya' 41-43: Arnoud Van Doorn, Petinggi Partai Anti-Islam yang Justru Mualaf
Mereka (para penyihir) berkata, “Sesungguhnya dua orang ini adalah benar-benar penyihir yang hendak mengusirmu dari negerimu dengan sihir mereka berdua dan hendak melenyapkan adat kebiasaanmu yang utama.
64. Fa-ajmi’uu kaydakum tsumma i'tuu shaffan waqad aflaha alyawma mani ista’laa
Kumpulkanlah segala tipu daya (sihir)-mu, kemudian datanglah dalam satu barisan! Sungguh, beruntung orang yang menang pada hari ini.”
TAFSIR AKTUAL:
Pengantar Filologis
Pada ayat 63 ini terdapat kalimat yang susunan katanya menyebabkan mufassirin berpolemik dari sisi i’rabnya. Yakni: “IN hadzani lasahiran”. Mereka membaca “IN” mukhaffafah, tanpa tasydid yang berarti Nafiyah bermakna “tidak”. Tetapi banyak juga yang membaca model tsaqilah, bertsydid, “INN”, artinya sungguh.
Urwah R.A., seorang keponakan bunda A’isyah meriwayatkan, bahwa ada tiga bacaan di dalam al-qur’an yang berpolemik sisi i’rabnya, yakni: pertama, pada ayat kaji ini, antara IN dan INN sementara kata “Hadzani” tetap marfu’. Kedua, “wa al-muqimin” (manshub) setelah kalimat “lakin al-rasyikhun fi al-ilm” dan seterusnya yang marfu’ (al-nisa’: 62) dan ketiga, kata “wa al-Shabi’un” yang marfu’ di tengah-tengah isim “inn” yang manshub.
Simak berita selengkapnya ...