Tafsir Thaha 63-64: Andai Negeriku Commonwealth... | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Tafsir Thaha 63-64: Andai Negeriku Commonwealth...

Editor: Redaksi
Senin, 24 April 2023 23:18 WIB

Ilustrasi.

Oleh: Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag*

63. Qaaluu in haadzaani lasaahiraani yuriidaani an yukhrijaakum min ardhikum bisihrihimaa wayadzhabaa bithariiqatikumu almutslaa

Mereka (para penyihir) berkata, “Sesungguhnya dua orang ini adalah benar-benar penyihir yang hendak mengusirmu dari negerimu dengan sihir mereka berdua dan hendak melenyapkan adat kebiasaanmu yang utama.

64. Fa-ajmi’uu kaydakum tsumma i'tuu shaffan waqad aflaha alyawma mani ista’laa

Kumpulkanlah segala tipu daya (sihir)-mu, kemudian datanglah dalam satu barisan! Sungguh, beruntung orang yang menang pada hari ini.”

TAFSIR AKTUAL:

Musa A.S. dan kakaknya, Harun A.S. bertandang menghadap Fir’aun di istananya. Bak rusa masuk di kandang harimau. Meski semula takut, tapi dijalani karena diperintah Tuhan dan nyatanya aman-aman saja. Dialog terjadi, mukjizat dipamerkan sehingga Fir’aun mengkeret dan ciut nyali.

Bukan Fir’aun kalau tidak congkak dan pandai berlagak. Berteriaklah raja bangsat itu: “lihat si Musa dan Harun. Mereka tidak lebih dari tukang sihir murahan yang ingin mengusir kalian dari negeri ini. Lalu mengambil alih jalan hidup kalian yang benar nan mulia dan terhormat (al-thariqah al-mutsla)”.

Kehadiran nabi Musa A.S. dipandang sebagai pendatang rakus dan ambisius yang ingin merusak tatanan negeri Mesir yang damai dan mencaplok segala kenyamanan yang ada. Mau menguasai pribumi yang sudah turun temurun mengatur rumah sendiri.

Hal demikian umum dilontarkan oleh pribumi terhadap pendatang secara gebyah uyah tanpa memandang tujuan dan melihat sisi positifnya. Ratu Balqis, penguasa negeri Saba’, Yaman juga melakukan hal yang sama terhadap nabi Sulaiman A.S. yang kala itu juga sebagai raja di negeri Palestina. Penduduk Madinah dipelopori Abdullah ibn Ubay juga menuduh Rasulullah SAW begitu saat hijrah ke Madinah.

Hadratusy Syekh KHM. Hasyim Asy’ari juga berbuat demikian, tapi beda. Mereka (Fir’aun, Balqis, Ibn Ubay..) memandang pendatangnya sebagai perusak yang buruk perilaku dan harus ditentang. Padahal mereka (Musa, Sulaiman, Rasulullah SAW) datang untuk mencerahkan, mengangkat martabat, mereligiuskan, bukan menjajah dan mengeruk kekayaan.

Simak berita selengkapnya ...

1 2

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video