Ingin Petani Bermartabat, KTNA Jatim Minta Subsidi Pupuk Dicabut | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Ingin Petani Bermartabat, KTNA Jatim Minta Subsidi Pupuk Dicabut

Editor: Maulana
Wartawan: M. Aulia Rahman
Rabu, 10 Januari 2024 19:48 WIB

FGD terkait ketersediaan pupuk dan produktivitas pertanian yang dilaksanakan lembaga riset kebijakan publik Nagara Institute di Surabaya.

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Lembaga riset kebijakan publik Nagara Institute menggelar FGD bertajuk 'Ketersediaan Pupuk dan Produktivitas Pertanian' di , Rabu (10/1/2024).

Agenda tersebut membahas dinamika kebijakan , kapasitas produksi dan stok di tingkat distributor, gudang atau kios pengecer bersubsidi, dan alternatif skema subsidi serta perlunya aplikasi berimbang bagi petani.

“Tujuan FGD ini adalah menyerap masukan tentang permasalahan ketersediaan dan menyusun formulasi kebijakan untuk perbaikannya,” kata Direktur Eksekutif Nagara Institute Akbar Faisal.

Akbar melanjutkan, isu menjadi sangat krusial karena beberapa alasan: selalu berulangnya kasus kelangkaan yang dikeluhkan petani, kenaikan harga pangan akhir-akhir ini terutama beras.

Kemudian, perkembangan kondisi pertanian dan pangan global yang ditandai dengan gangguan produksi pangan, restriksi ekspor dari negara-negara penghasil pangan, serta subsidi pertanian terselubung negara-negara besar untuk melindungi petaninya.

FGD ini dihadiri pejabat pemerintah, pelaku pertanian dan industri penunjang pertanian, akademisi, serta komunitas yang relevan dengan isu pangan dan pertanian. Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Sarmuji, dan Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian Ali Jamil hadir sebagai perwakilan pemangku kepentingan dari sektor pemerintah.

Selain itu, mewakili kalangan pelaku usaha, akademisi, dan pengamat hadir Ketua DPD HKTI Provinsi Jawa Timur Ony Anwar, Senior Project Manager Advokasi Publik PT Pupuk Indonesia (Persero) Yana Nurahmad Haerudin, Dekan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Profesor Mangku Purnomo, dan pengamatan pertanian Khudori.

Dalam konteks ekonomi politik Indonesia, isu ini juga telah mengemuka pada debat calon presiden Pemilu 2024 perdana pada 12 Desember 2023 lalu. Oleh karena itu, kata Akbar, pemerintahan baru yang akan terbentuk pada 2024 harus memberi solusi atas polemik distribusi untuk mendukung kedaulatan pangan dan menjamin pencapaian Indonesia Emas 2045.

Dalam diskusi ini mengemuka beberapa poin utama yang dapat menjadi masukan untuk upaya perbaikan seperti perlunya peninjauan kembali skema alokasi subsidi yang sesuai dengan tujuan kebijakan, perbaikan data calon penerima dan calon lokasi (CPCL) serta penyempurnaan sistem elektronik rencana definitif kebutuhan kelompok (e-RDKK), perbaikan dan/atau eksplorasi pengembangan skema subsidi melalui alternatif kebijakan, peningkatan efisiensi, kapabilitas dan skala ekonomi dari partisipan rantai tata niaga , perbaikan ketentuan teknis alokasi produksi untuk menurunkan biaya distribusi dan penyimpanan, dan akomodasi pemanfaatan organik/majemuk dan pertanian berkelanjutan.

Simak berita selengkapnya ...

1 2

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video