Rekonstruksi Penganiayaan Santri di Kediri Dilaksanakan Secara Tertutup di Mapolres | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Rekonstruksi Penganiayaan Santri di Kediri Dilaksanakan Secara Tertutup di Mapolres

Editor: Revol Afkar
Wartawan: Muji Harjita
Kamis, 29 Februari 2024 12:41 WIB

Suasana rekonstruksi yang tertutup bagi awak media. Foto: MUJI HARJJITA/ BANGSAONLINE

KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Satreskrim Polres Kediri Kota menggelar rekonstruksi dugaan penganiayaan yang mengakibatkan tewasnya seorang santri di Ponpes Al-Hanafiyyah, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Kamis (29/2/2024).

Rekonstruksi digelar secara tertutup di Mapolres Kediri Kota karena para tersangka masih di bawah umur. Awak media hanya bisa mengintip proses rekonstruksi dari celah pintu kaca yang dihalangi oleh petugas.

Dalam rekonstruksi tersebut, para terduga pelaku memperagakan beberapa adegan saat mereka melakukan penganiayaan hingga menewaskan korban BBM. Para tersangka didampingi oleh tim pengacara dari Rumah Advokat & Konsultan Hukum MU & Partners.

Kasubag Humas Polres Kediri Kota Iptu Nanang Setyawan membenarkan proses rekonstruksi dilaksanakan secara tertutup, karena para terduga pelaku masih di bawah umur. "Nanti lebih jelasnya akan disampaikan Pak Kasatreskrim, ya," katanya.

Sementara itu, Juru Bicara Rumah Advokat & Konsultan Hukum MU & Partners, Verry Achmad, menyebut, kejadian perundungan yang dilakukan oleh beberapa santri terhadap salah satu santri lainnya di Ponpes Al-Hanafiyyah disebabkan kesalahpahaman.

Sebagai kuasa hukum, ia berharap pegiat media sosial dan media massa tidak memberitakan peristiwa tersebut sebelum adanya kepastian hukum. Hal itu demi menjaga psikologis para terduga pelaku.

"Oleh karenanya harus tetap secara bijaksana menunggu proses hukum yang dilakukan oleh aparat hukum sampai dengan adanya kepastian hukum atas peristiwa ini," katanya.

Sebelumnya, pengacara terduga pelaku yang ditunjuk Polres Kediri Kota, Rini Puspitasari, menjelaskan bahwa pelaku tega memukuli korban, karena jengkel terharap korban yang susah dinasihati. Terutama tentang perintah untuk sholat berjamaah.

"Keterangan anak-anak (para pelaku) mengakui memukul dan tidak niat biar B (korban) sampai gimana. Itu benar-benar emosi sesaat, karena B diomongi tidak manut," ujar Rini Puspitasari, kepada awak media di Kediri, Rabu (28/2/2024)

Menurut Rini, para pelaku dan korban tinggal dalam satu kamar di ponpes yang diasuh oleh Fatihunada alias Gus Fatih. Awalnya, pada 21 Februari 2024, dua pelaku mengatahui korban tidak sholat, kemudian mereka menasihatinya.

"B itu baru sembuh dari sakit. Kemudian beberapa hari tidak sekolah dan tidak sholat jemaah. Mereka ini kan satu kamar. Awalnya itu yang dapat info itu AK dan AF sepupunya. Kemudian menegur si B. Ditanyai, kamu kenapa tidak sholat? B jawabnya itu tidak nyambung," ucap Rini.

"Kamu sholato. Waktu diomogi itu, cuma 'iyo-iyo Mas'. Mungkin karena jawabannya tidak nyambung itu, sempat emosi. Kemudian dipukul dengan tangan kosong dan ditampar," terang Rini.

Keesokan harinya, Kamis 22 Februari 2024, ternyata para pelaku mendapatkan informasi bahwa korban tidak sholat jemaah lagi.

Simak berita selengkapnya ...

1 2

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video