Tolak Keberadaan Pondok Pesantren Al Mahdiy, Warga Desa Pagerwojo Sidoarjo Pasang Spanduk Protes
Editor: M. Aulia Rahman
Wartawan: Catur Andy Erlambang
Jumat, 21 Juni 2024 19:27 WIB
SIDOARJO, BANGSAONLINE.com - Warga Desa Pagerwojo memasang puluhan spanduk sebagai bentuk protes terhadap kegiatan di Pondok Pesantren Al Mahdiy. Pasalnya, mereka menuntut agar tempat menimba ilmu bagi para santri itu ditutup lantaran mengganggu kenyamanan, dan meresahkan masyarakat sekitar.
Bahkan, pengurus pondok pesantren diduga telah melakukan tindakan asusila kepada santriwatinya. Berdasar pantauan di lokasi, beragam spanduk aspirasi warga terpampang di depan pondok.
BACA JUGA:
Mayat yang Ditemukan di Sungai Brantas Sidoarjo Ternyata Warga Jambangan Surabaya
Warga Tanjungsari Sidoarjo Dihebohkan Penemuan Mayat di Sungai
Lansia Tenggelam Hebohkan Warga Balongbendo Sidoarjo
Disimpan dalam Popok Bayi, Wanita ini Nekat Selundupkan HP ke Lapas Sidoarjo
Budi Setiawan selaku ketua RT setempat, mengatakan bahwa pemasangan spanduk merupakan tututan warga agar Pondok Pesantren Al Mahdiy segera ditutup, karena sudah sangat meresahkan.
Menurutnya, pihak ponpes terkesan tertutup dan tidak pernah komunikasi interaktif dengan masyarakat. Bahkan, diduga pengurus ponpes telah melakukan tindakan asusila kepada santrinya.
"Kami mengadukan terkait pengeras suara yang terlalu over dan tidak melihat waktu, karena sudah mengganggu masyarakat setempat," ujarnya saat dikonfirmasi, Jumat (21/6/2024).
Warga menilai, ponpes telah mengganggu kenyamanan warga dengan menyalakan speaker hingga volume yang berlebihan dan tidak mengenal waktu, speaker dinyalakan mulai pukul 03.00-08.00 WIB setiap harinya.
"Kalau tidak salah ada 13 Toa. Yang kedua mengenai bangunan, irigasi dan tindakan asusila," ungkapnya.
Sehingga, banyaknya masalah tersebut membuat warga semakin muak. Lebih lanjut, diduga bangunan Ponpes Al Mahdiy tidak ber IMB. Selain itu, pendirian bangunan tersebut telah memakan sempadan irigasi.
"Posisi sempadan dengan sungai, pihak desa sudah pernah melakukan pertemuan tapi tidak ada tanggapan," imbuhnya.
Masih kata Budi, bahkan, pengelola ponpes tidak pernah melakukan koordinasi dengan warga atau perangkat desa setempat ketika mengadakan kegiatan, seperti menutup jalan hingga memakai halaman warga setempat untuk lahan parkir.
Simak berita selengkapnya ...