Dinkes Gresik Gandeng KWG Gelar Talkshow Penanganan AKI, AKB, dan Stunting
Editor: M. Aulia Rahman
Senin, 30 September 2024 16:00 WIB
GRESIK, BANGSAONLINE.com - Dinas Kesehatan (Dinkes) Gresik berkolaborasi dengan Komunitas Wartawan Gresik (KWG) menggelar talkshow, Senin (30/9/2024).
Agenda tersebut bertajuk 'Strategi Penurunan AKI (Angka Kematian Ibu), AKB (Angka Kematian Bayi) dan Stunting, Melalui Pendekatan Integrasi Layanan Primer di Kabupaten Gresik'.
BACA JUGA:
Dinas Pendidikan Gresik Teken MoA dengan Unesa
2.155 Keluarga Rawan Stunting Terima Bantuan, Pemkot Kediri Lakukan Monitoring
Mulai Besok, Bu Min Jabat Plt Bupati Gresik hingga 25 November 2024
Song Osong Lombhung Gelar Khitan Massal dan Cek Kesehatan di Bragang Bangkalan
Selain membuka kegiatan, Plt Bupati Gresik, Aminatun Habibah menyebut banyak faktor penyebab AKI, AKB, dan stunting yang cukup tinggi, salah satunya faktor kemiskinan, dan banyaknya masyarakat tak bisa menjangkau layanan kesehatan
"Untuk penanganan AKI, AKB, dan stunting tidak bisa berdiri sendiri. Butuh kolaborasi, butuh sinergi dengan semua stake holder. Kerjasama oentahelix melibatkan pemerintah, akademisi, pengusaha, komunitas dan media atau ABCGM sangat dibutuhkan," ucap perempuan yang karib disapa Bu Min tersebut.
Selain itu, kata Bu Min, pendidikan masyarakat yang kurang baik, lingkungan kurang baik seperti di perkotaan masyarakat hidup di petak-petak (bedak-bedak) kecil tak memenuhi syarat, tak ada jendela, dan lainnya juga berpengaruh terhadap AKI, AKB, dan stunting
"Walau pemerintah telah menggelontorkan bantuan keluarga kena stunting, tapi tak mampu menangani jika variabel-varabel pendukung tidak dilakukan," tuturnya.
Bu Min minta petugas Puskesmas, baik kepala UPT maupun perawat untuk turun lakukan sosialisasi, pendampingan kepada masyarakat untuk mencegah dan mengurangi AKI, AKB, dan stunting.
"Tenaga kesehatan terbesar kedua setelah guru, Di jantung-jantung permukiman masyarakat banyak ditemui stunting. Silahkan turun lakukan sosialisasi, dan pendampingan," katanya.
Ia juga mengajak insan wartawan membantu pemerintah memberikan edukasi kepada masyarakat dan kontrol kepada puskesmas melalui pemberitaan agar pelayanan terus diperbaiki.
Sementara itu, Kabid Kesmas Dinkes Gresik, Anik Luthfiyah, memaparkan jumlah kematian ibu mencapai 89,76 persen atau 18 orang pada 2022, dan naik menjadi 99,38 persen atau 20 orang selama tahun lalu.
Sedangkan jumlah kematian bayi dari yang semula 83 bayi atau 4,18 persen dengan angka lahir hidup (ALH) sebanyak 20.053 pada 2022, naik menjadi 97 bayi atau 4,82 dengan angka lahir hidup sebanyak 20.124 selama 2023.
"Penyebab utama kematian ibu adalah eklampsia dan preeklamsia, sementara faktor lainnya seperti jantung, diabet, dan lainnya. Sementara penyebab kematian bayi antara lain Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan asfiksia. Selain itu, juga diakibatkan keluarga bawaan, sepsis, peneumonia, diare, dan lainnya," paparnya.
Ia menjelaskan, preklamsia adalah komplikasi kehamilan berpotensi berbahaya yang ditandai dengan tekanan darah tinggi dan kadar protein tinggi dalam urine atau istilah awamnya keracunan kehamilan.
Sedangkan BBLR ini bisa disebabkan beberapa faktor, seperti genetika, konsumsi makanan junk food, kehamilan terlalu dini, prematur, serta preeklamsia.
"Di antara penyebabnya, akibat asupan gizinya kurang, atau hobi konsumsi makanan tidak bergizi seperti junkfood. Afeksia ini hal yang paling berat, bisa karena BBLR sehingga pernafasannya kurang, dan berbagai hal," bebernya.
Kepala Dinkes Gresik, Mukhibatul Khusnah, menyatakan pihaknya telah berupaya maksimal dalam menekan angka AKI, AKB dan stunting, seperti mengajak ibu hamil untuk memeriksa kandungan di fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) sesuai usia kehamilan trimester dengan ANC terstandar (10T).
"Untuk memitigasi kasus tersebut bisa dimulai sejak seorang perempuan menjadi calon pengantin yang diwajibkan memeriksakan diri atau konsul kesehatan agar terbebas dari anemia, dan penyakit lainnya,” katanya.
Simak berita selengkapnya ...