Disambut Antusias Warga Blitar, Khofifah: Pekik Allahu Akbar Bung Tomo Dawuh Hadratussyaikh
Editor: MMA
Wartawan: Devi Fitri Afriyanti
Minggu, 13 Oktober 2024 13:18 WIB
BLITAR, BANGSAONLINE.com – Sambutan masyarakat Bllitar terhadap Calon Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa luar biasa. Ini bisa kita lihat saat Ketua Umum PP Muslimat NU itu hadir dalam Pengajian Hari Santri Nasional dan Peresmian Rehab Masjid Al Huda Tawangrejo serta Pawai obor dalam rangka Hari Santri Nasional (HSN) di Kabupaten Blitar, Sabtu (12/10/2024).
Dalam acara itu Khofifah mengungkap detail sejarah perjuangan para kiai dan santri saat perang kemerdekaan RI, terutama dalam mempertahankan kemerdekaan yang berujung pada pecahnya pertempuran Surabaya.
BACA JUGA:
Aqiqah Cucu ke-20 Kiai Asep, Prof Ridwan Nasir Singgung Rabiah Al Adawiyah dan Khofifah
Sudah Teruji dan Terbukti! Ratusan Pendeta se-Jatim Cetuskan GMSK untuk Menangkan Khofifah-Emil
Blusukan Cek Harga di Pasar Blitar, Khofifah Puji Kualitas Sayur Premium di Pasar Tradisional
Pedagang Pasar Pabean Curhat soal Banjir kepada Khofifah
Menurut Khofifah, para pejuang yang berada di garda terdepan dalam pejuangan mempertahankan kemerdekaan RI adalah para kiai dan santri. Terutama Hadratussyaikh KHM Hasyim Asy’ari. Bahkan takbir Allahu Akbar yang dipekikkan Bung Tomo adalah dawuh atau perintah Hadratussyaikh.
Meski demikian, ada upaya dari kelompok tertentu untuk mendistorsi sejarah. Sehingga perumusan HSN tidak sesederhana yang bisa dilihat sekarang. Menurut Khofifah, ada yang sempat meragukan dan kesulitan untuk mencari bukti catatan sejarah bahwa yang berjuang saat peristiwa tewasnya AWS Mallaby itu adalah dari kalangan santri.
“Ada yang bilang, pada peristiwa itu santrinya hanya 12 orang. Ini menjadi hal penting menurut saya bahwa ternyata banyak yang ingin menghilangkan peran NU dalam memperjuangkan kemerdekaan dan kemudian mempertahankan kemerdekaan RI,” kata Khofifah.
Karena itu sejarah NU yang berjuang habis-habisan untuk meraih dan mempertahankan kemerdekaan harus dikuatkan dan terus di-remain serta didokumentasikan
Terutama ketika Hadratusyaikh KHM Hasyim Asy’ari mengomandani kiai dan santri bahkan mengeluarkan fatwa 'Resolusi Jihad' pada 22 Oktober 1945. Resolusi Jihad ini berisi kewajiban bagi setiap orang atau fardhu ain untuk berjihad mempertahankan Kemerdekaan Indonesia dengan melawan penjajah yang masih berada di Indonesia.
“Itulah mengapa pasukan yang turun dalam agresi militer yang kemudian puncaknya di Surabaya itu adalah pasukan santri, dan para pengasuh pesantren,” ujarnya.
Karena saat perumusan HSN ada perdebatan, Khofifah sendiri turun tangan untuk menelusuri sejarah mencari berapa jumlah santri, pengasuh pondok pesantren yang turun bersama-sama dengan membawa bambu runcing melawan penjajah.
“Bahkan saya menemukan catatan sejarah bahwa Bung Tomo sowan ke KH Hasyim Asy’ari dan menanyakan, Kiai kalau saya ingin membangun semangat bersama untuk mempertahankan Indonesia apa yang harus saya ucapkan?’ Maka saat itu KH Hasyim Asy’ari menyampaikan ‘Tolong pekikkan kalimat takbir, Allahu Akbar,” urai Khofifah.
“Bahwa pekikan takbir yang diteriakkan Bung Tomo adalah dawuhnya Kiai Hasyim Asy’ari, pendiri NU, agar semangat para pejuang dilipatkan oleh Allah. Cerita-cerita sejarah semacam ini mulai hilang dari sejarah,” kata Khofifah.
Simak berita selengkapnya ...