Sekolah Menengah Terbuka Jarak Jauh, Seperti Apa Ya?
Editor: rosihan c anwar
Wartawan: nisa
Senin, 28 April 2014 14:04 WIB
SURABAYA (bangsaonline) - Untuk meningkatkan Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan menengah nasional mencapai 97 persen pada tahun 2020, Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan melaunching Sekolah Menengah Terbuka (SMT) Jarak Jauh pada 10 Mei 2014.
Ada 6 titik sekolah di Indonesia yang akan dijadikan rintisan sekolah induk SMT ini, yakni di Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, Jambi, Jawa Tengah, Papua Barat (Sorong) dan Jatim. Untuk Jatim, yang dipilih adalah SMA 1 Kepanjen Kabupaten Malang. "Saat ini, APK nasional pendidikan menengah kita masih 76,4 persen. Ini berarti terdapat 21,80 persen lulusan tingkat SMP yang belum tertampung di tingkat pendidikan menengah. Penyebabnya kendala geografis, sosial, ekonomi, dan budaya. Nah, dengan adanya SMT ini maka kendala-kendala tersebut diharapkan bisa diatasi dann target APK 97 persen akan terwujud," ujar Dirjen Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Prof Dr Achmad Jazidie saat bertemu media di Surabaya, Senin (28/4/2014).
BACA JUGA:
Gandeng UI, Pesantren Algebra Bogor Optimistis Cetak Saintis dan Pemimpin Masa Depan
Pesan Hadratussyaikh: Guru Pakai Parfum, Jangan Ngajar Jika Ngantuk, Lapar, dan Marah
Orang Pintar Tak Lagi Jadi Idola, Akibat Gaji Dosen Kecil? Guru Ngaji Aja Rp 30 Juta di Brunei
Banyak Anak Surabaya Keliaran di Jalan, Caleg Partai Ummat: Pendidikan Harus Jangkau MBR
Ia menjelaskan, SMT adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang berdiri sendiri tetapi masih bagian dari sekolah induk yang penyelenggaraan pendidikannya menggunakan metode belajar mandiri. Sasaran utamanya adalahlulusan SMP sederajat yang tidak tertampung di tingkat SMA reguler karena hambatan geografis, sosial ekonomi dan keterbatasan waktu. Serta, anak-anak yang drop out sekolah menengah.
Hambatan ekonomi, Prof Jazidie menyebut ada kelompok anak jalanan, pemulung, pengamen,pengemis anak, dan lain-lain. Secara geografi, mereka yang berada di pinggiran, pulau terpencil, pedalaman, perbatasan, atau bahkan yang di luar negeri. Hambatan waktu, misalnyaatlet, anak home scholling, dan anak yang terkendala waktu belajar. Sedangkan kendala sosial seperti anak korban narkoba, miras, perdagangan anak, anak terlantar, korban kerusuhan, kenakalan remaja, korban HIV/aids, dan anak KDRT.
Simak berita selengkapnya ...