Hadapi Afta 2015, SMK di Jatim akan Diperbanyak
Editor: rosihan c anwar
Wartawan: nisa
Jumat, 02 Mei 2014 23:19 WIB
SURABAYA (bangsonline) - Dalam menyongsong AFTA 2015, Pemprov Jatim akan menambah komposisi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) lebih banyak dibandingkan SMA.Jika sebelumnya perbandingan SMK dan SMA adalah 60:40, maka sekarang ditambah menjadi 70 persen SMK dan 30 persen SMA.
Gubernur Jatim Soekarwo (Pakde Karwo) saat menjadi inspektur upacara peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) di Gedung Negara Grahadi, Jumat (2/5/2014) menegaskan, fokus Pemprov Jatim terhadap SMK dimaksudkan agar siswa yang memiliki keterampilan atau skill sehingga bisa langsung mengaplikasikan diri di pasar kerja. Ini diharapkan membantu daerah dalam menghadapi pasar bebas.
BACA JUGA:
PT Megasurya Mas Beri CSR Beasiswa untuk 356 Siswa di Sidoarjo
Khofifah Ajak Guru Jatim Bangun Generasi Cinta Damai dengan Ciptakan Suasana Harmoni di Sekolah
Gandeng UI, Pesantren Algebra Bogor Optimistis Cetak Saintis dan Pemimpin Masa Depan
Pesan Hadratussyaikh: Guru Pakai Parfum, Jangan Ngajar Jika Ngantuk, Lapar, dan Marah
Pakde Karwo menjelaskan, di bidang pendidikan, Jatim juga menyiapkan SMK Mini. SMK ini menjadi pilihan dan disesuaikan dengan kebutuhan lokal yang bertujuan untuk menyiapkan tenaga terampil dan ahli sesuai kemampuan di bidangnya. Dicontohkan, jika sebuah wilayah berada di daerah pesisir laut, bisa dibangun SMK Kelautan atau pelayaran. Di SMK ini, siswa tidak lagi diajarkan teknik mengelas dasar besi pagar saja, melainkan mengelas kapal. “Keberadaannya disesuaikan dengan kebutuhan di masing-masing wilayah yang ada," ungkapnya.
Pentingnya sekolah kejuruan ini, bertujuan untuk menjadikan tenaga terampil informal menjadi tenaga formal. Salah satu contohnya, jika Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang sudah termasuk dalam tenaga formal akan dilindungi oleh payung hukum yang ada. Akan tetapi, jika mereka masih di dalam tenaga informal tidak dilindungi oleh payung hukum yang kuat.
“Masyarakat harus diajak untuk hijrah pemikiran dari kebiasaan bersekolah umum beralih ke sekolah kejuruan. Jika sekolah kejuruan bisa mencapai 70 persen dan sekolah umum 30 persen, maka siswa akan siap menghadapi pasar bebas. Akan tetapi, keberadaan SMK ini juga harus diikuti oleh kebijakan untuk meneruskan pendidikan yang lebih tinggi ke perguruan tinggi. Jatim merupakan provinsi yang paling siap menyongsong pasar bebas dengan modal SDM dan tenaga terampil yang berkualitas,” tegasnya.
Simak berita selengkapnya ...