Tafsir Al-Hijr 85-86: Antara Toleransi dan Lemah Iman
Sabtu, 27 Februari 2016 00:59 WIB
Oleh: Dr. KHA Musta'in Syafi'ie MAg. . .
BANGSAONLINE.com - “Wamaa khalaqnaa alssamaawaati waal-ardha wamaa baynahumaa illaa bialhaqqi wa-inna alssaa’ata laaatiyatun faishfahi alshshafha aljamiila. Inna rabbaka huwa alkhallaaqu al’aliimu”.
BACA JUGA:
Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Abu Bakar R.A., Khalifah yang Rela Habiskan Hartanya untuk Sedekah
Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Momen Nabi Musa Berkata Lembut dan Keras kepada Fir'aun
Tafsir Al-Anbiya 48-50: Fir'aun Ngaku Tuhan, Tapi Tak Mampu Melawan Ajalnya Sendiri
Tafsir Al-Anbiya' 41-43: Arnoud Van Doorn, Petinggi Partai Anti-Islam yang Justru Mualaf
Beberapa ayat sebelumnya bertutur soal umat terdahulu, dari kaum nabi Luth A.S yang homoseks, ashabu al-Aikah, kaum nabi Syu'aib A.S dan ashab al-Hijr, kaum nabi Shalih A.S yang diazab Tuhan.
Kini Allah SWT memproklamirkan diri-Nya sebagai Tuhan yang mencipta langit dan bumi. Penciptaan itu atas dasar "al-haq" (kebenaran), bukan asal cipta, melainkan penuh makna dan pesan. Seolah Tuhan berkata: "Jika ada Tuhan kok tidak bisa mencipta langit dan bumi, maka itu Tuhan palsu, Tuhan-tuhanan atau Tuhan yang dipaksakan". Ini ajaran mahapenting bagi siapa saja yang hendak berTuhan.
Lalu, nabi Muhammad SAW diperintahkan agar berlaku santun, memaaf, berlapang dada kepada umat, " fa isfah al-shafh al-jamil". Inilah bedanya, antara umat nabi Muhammad SAW dengan umat terdahulu. Dulu, begitu mereka durhaka dan tetap membandel, maka langsung disiksa di dunia. Sedangkan umat sekarang tidak. Meski durhaka, tetap saja disantuni dan disikapi dengan baik.
Simak berita selengkapnya ...