Tafsir Al-Nahl 68-69: Menghormati Rumah Binatang | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Tafsir Al-Nahl 68-69: Menghormati Rumah Binatang

Kamis, 17 Maret 2016 12:10 WIB

Oleh: Dr. KHA Musta'in Syafi'ie MAg. . .   

BANGSAONLINE.com – “Wa auha rabbuka ila al-nahli ani ittakhidzii mina aljibaali buyuutan wamina alsysyajari wamimmaa ya’risyuuna. Tsumma kulii min kulli altstsamaraati fauslukii subula rabbiki dzululan yakhruju min buthuunihaa syaraabun mukhtalifun alwaanuhu fiihi syifaaun lilnnaasi inna fii dzaalika laaayatan liqawmin yatafakkaruuna”.

Dalam ayat studi ini, tidak saja tergambar perencanaan dari kerja besar koloni tawon, bahkan lengkap dengan beberapa petunjuk tehnik. Dalam ayat studi ini, strategi perencanaan pun telah ditunjuk sedemikian rupa sehingga memudahkan kerja para koloni.

Mula-mula Tuhan men-training lebih dulu dengan bekal-bekal yang dibutuhkan dan itulah yang kemudian disebut pewahyuan (wa auha Rabbuk ila al-nahl). Kedua, diperintahkan membangun sarana lebih dahulu. Sarana ini adalah rumah tinggal bagi sang ratu bersama koloninya, sekaligus merupakan pabrik yang produktif. Untuk urusan ini, Tuhan menunjuk tiga media:

Pertama, gunung (an ittakhidzi min al-jibal buyuta). Koloni ini memilih gunung, kadang di dalam rongga luas sebuah perbukitan, seperti goa dan lain sebagainya. Kedua, pohon-pohon (wa min al-syajar). Ada pohon-pohon tertentu yang disukai lebah sebagai tempat tinggal. Selain petimbangan kenyamanan, juga karena keamanan. Ketiga, wa mimma ya'risyun. Atap rumah atau sejenisnya.

Tiga jenis tempat tinggal tersebut mengisyaratkan sifat lebah, dari yang liar, setengah liar dan yang rumahan. Ditunjuknya ada lebah rumahan mengisyaratkan bahwa lebah itu dekat dengan kehidupan manusia, sehingga indikasi bersahabat ada. Artinya, Tuhan memamerkan hal itu agar manusia berpikir cerdas, seperti membudidayakan dan sebagainya.

Tidak hanya itu, dengan klasifikasi tersebut, kiranya menunjuk urutan kualitas produknya. Dalam artian, bahwa madu produk lebah kelompok pertama (tawon gunung) relatif lebih baik dan lebih berkualitas dari pada madu yang diproduksi oleh lebah kelompok kedua (tawon pohon). Begitu halnya madu produk lebah kedua, kiranya lebih bagus ketimbang madu produk lebah rumahan. Dilihat dari asupan makanannya, di mana lebah gunung mengkonsumsi makanan yang lebih variatif dan alami, rasanya benar begitu. Allah a'lam.

Intruksi Tuhan agar lebah membuat rumah lebih dahulu sesuai selera dan keadaan ini memberi pelajaran bagi umat manusia, bahwa hendaknya kepala rumah tangga jauh hari sudah berpikir soal rumah tinggal. Mau punya rumah seperti apa dan tinggal di mana. Tentu saja, soal kapan terwujud, itu tergantung keadaan dan kemampuan. Pastinya tidak sama antara rumah hewan dan rumah manusia.

Kawanan burung tidak membutuhkan rumah khusus, karena semua cabang dan ranting adalah kamar tidur yang nyaman dan alami. Hanya setelah berkeluarga, barulah menyiapkan sarang untuk kelahiran sang baby idaman. Rumah baby itu cepat dibuat karena bahan telah tersedia dan hanya untuk sekali pakai. Bahkan beberapa hewan liar tak butuh sama sekali. Serigala, domba, kuda bisa tidur di mana saja dan melahirkan di mana saja.

Sementara manusia tidak seperti itu, rejeki yang ada acap kali tidak bejalan seimbang dengan kebutuhan. Meski ngontrak pada awal kehidupan, meski ngemper-ngemper pada usia muda, semuanya boleh dikata pasti punya rumah sendiri pada akhirnya. Umumnya begitu. Itulah karunia Tuhan yang nyata, hingga jumlah gelandangan sungguh sangat sedikit dibanding penduduk berumah hunian.

Simak berita selengkapnya ...

1 2

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video