Tafsir Al-Nahl 69: LGBT di Komunitas Lebah
Rabu, 06 April 2016 12:35 WIB
Oleh: Dr. KHA Musta'in Syafi'ie MAg. . .
BANGSAONLINE.com – “Tsumma kulii min kulli altstsamaraati fauslukii subula rabbiki dzululan yakhruju min buthuunihaa syaraabun mukhtalifun alwaanuhu fiihi syifaaun lilnnaasi inna fii dzaalika laaayatan liqawmin yatafakkaruuna”.
BACA JUGA:
Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Abu Bakar R.A., Khalifah yang Rela Habiskan Hartanya untuk Sedekah
Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Momen Nabi Musa Berkata Lembut dan Keras kepada Fir'aun
Tafsir Al-Anbiya 48-50: Fir'aun Ngaku Tuhan, Tapi Tak Mampu Melawan Ajalnya Sendiri
Tafsir Al-Anbiya' 41-43: Arnoud Van Doorn, Petinggi Partai Anti-Islam yang Justru Mualaf
Setelah menuturkan sifat dan perilaku lebah berikut beberapa manfaatnya, Tuhan menutup presentasi-Nya dengan mengajak umat manusia berpikir serius perihal lebah tersebut, kemudian mampu mengambil pelajaran berharga. Kehidupan lebah yang berasaskan persatuan dan kesatuan diatur sedemikian rupa, lengkap dengan job deskripsi dan sanksi. Bisa dibilang mereka adalah makhluq yang pintar dan patuh, "dzulula", meski ada pula yang melanggar.
Dalam transformasi ilmu, Tuhan menggunanakan kata "wahyu" (auha), sebagai isyarat bahwa lebah adalah hewan cerdas, sebagaimana Tuhan pakai bahasa itu kepada para nabi dan utusan-Nya. Bila tafsir memaknai pewahyuan itu sebagai fitrah, insting atau gharizah, maka kawanan lebah adalah makhluq yang konsis dengan fitrahnya sendiri, tidak menodai dan tidak menyimpang.
Di sini, lantas kita berpikir melihat diri, mana sesungguhnya di antara kita yang konsis dengan fitrahnya, sehingga tetap bersih tak ternoda.
Simak berita selengkapnya ...