KH Hasyim Muzadi di Pesantren Buntet Cirebon: Kini Banyak Orang Beda Manhaj Datang ke NU | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

KH Hasyim Muzadi di Pesantren Buntet Cirebon: Kini Banyak Orang Beda Manhaj Datang ke NU

Minggu, 10 April 2016 20:51 WIB

KHA Hasyim Muzadi disambut para kiai dan masyayikh dalam puncak Haul Almarhumin di Pondok Pesantren Buntet Cirebon Jawa Barat. foto: istimewa

CIREBON, BANGSAONLINE.com - KHA. Hasyim Muzadi mendapat kehormatan menyampaikan ceramah agama pada puncak Haul Almarhumin di Buntet Cirebon Jawa Barat, Sabtu malam (9/4).

Acara rutin tahunan ini dihadiri Menteri Agama RI Drs Lukman Hakim Saifudin, Kapolda Jabar, Irjen Pol. Drs. Jodie Rooseto dan para Masayikh Buntet, antara lain: KH. Nahduddin Abbas, KH. Anas Arsyad, KH. Adib Rofiudin Izza, serta para pejabat dan tokoh masyarakat seperti serta ribuan jamaah yang hadir dari berbagai kota sekitar Cirebon.

Dalam ceramahnya, Kiai Hasyim Muzadi mengatakan bahwa pesantren harus bangkit mempertahankan fikrah Ahlussunnah Waljamaah (Aswaja) Annahdiyah.

”Karena saat ini sedang terjadi "ghazwul fikri" (perang pemikiran). Masing-masing mengaku dan merasa manhaj mereka yang menjamin terselenggaranya Islam Rahmatan Lil Alamin,” kata Kiai Hasyim Muzadi di depan ribuan warga Cirebon dan sekitarnya.

Menurut anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) itu sekarang ini waktunya para ulama bernahdlhoh (bangkit) untuk meneruskan perjuangan yang telah digali dan diperjuangkan salafussholih, kemudian menyajikan kepada masyarakat dengan cara atau metode yang baru.

“Tapi barangnya barang lama. Almuhafadzatu ‘alal qodimissholih wal ‘akhdu bil jadidil ashlah. Tanpa harus menggeser miqatnya dan mengubah manhajnya,” katanya.

Pengasuh dua pesan pondok pesantren mahasiswa al-Hikam Malang Jawa Timur dan Depok Jawa Barat ini menegaskan bahwa yang diperjuangkan adalah al-Quran dan Hadits. ”Yang kita perjuangkan adalah Ahlussunnah wal jama’ah Annahdliyah,” katanya.

Ia lalu menjlentrehkan sejarah panjang para pejuang Islam, terutama para waliyullah. Menurut dia, periode awal dakwah Islam dilakukan oleh para wali di Indonesia. Kemudian dilanjutkan ulama-ulama pesantren melalui jalur pendidikan yang dipelopori Hadratussyaikh Kiai Muhammad Hasyim Asy'ari dan yang lain.

”Itu usianya sudah hampir 100 tahun yang lalu. Dan biasanya setiap 100 tahun akan ganti generasi,” katanya.

Menurut dia, setiap perubahan generasi, maka berubah konsumennya, berubah pula tantangan zamannya. Padahal yang diperjuangkan tetap al-Quran, Hadis dan ilmu ulama.

Simak berita selengkapnya ...

1 2

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video