Tafsir Al-Nahl 69: Gerhana, Matahari Malu Melihat Kita | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Tafsir Al-Nahl 69: Gerhana, Matahari Malu Melihat Kita

Minggu, 17 April 2016 12:27 WIB

Gerhana Matahari. foto: ilustrasi

Oleh: Dr. KHA Musta'in Syafi'ie MAg. . .   

BANGSAONLINE.com – Tulisan ini tidak sedang menafsir ayat studi (al-Nahl: 69), melainkan sekadar menyela sejenak demi nimbrung bicara soal gerhana matahari total 9 Maret 2016 kemarin. Sebagian wilayah negeri ini dilewati fenomena alam yang langka itu.

Nimbrungisasi ini terdorong rasa gelisah, betapa ulah umat manusia beragam tatkala menyikapi gerhana. Ada yang memandangnya sebagai moment wisata, sehingga dimanfaatkan untuk mengais rejeki, ada yang dirayakan lewat pegelaran seni dan lain-lain. Al-Qur'an sendiri menyinggung soal gerhana pada surah al-Qiyamah: 8, "Wa khasaf al-qamar" (dan rembulan pun gerhana).

Apa sikap Rasulullah SAW ketika gerhana terjadi?

Bersama para sahabat, beliau shalat dua rakaat. Satu rakaat dua kali ruku', sehingga total ada empat ruku'. Sujud dan lain-lain seperti biasa. Bacaannya panjang dan begitu salam, matahari nampak pulih kembali. Lalu berkhutbah pendek yang isinya antara lain: "Mentarai dan rembulan adalah tanda kebesaran Allah. Tidak gerhana karena kematian atau kelahiran seseorang. Bila kalian menjumpai gerhana, maka berdoalah kepada Allah, bertakbirlah, shalatlah dan bersedekahlah".

Tidak ada agama yang mempunyai konsep ibadah spesial gerhana, selain islam. Hal itu karena Islam sangat konsen terhadap keutuhan keimanan, harus benar-benar bersih dan tak boleh ternodai oleh persepsi apapun.

Setidaknya ada dua muatan global dari khutbah Nabi itu. Pertama, menangkis persepsi animistik, kemusyrikan dan tahayyul yang keliru. Kedua, solusi teologis menuju religiositas yang benar.

Simak berita selengkapnya ...

1 2

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video